Selasa, 19 Januari 2010

METODE UMUM PENELITIAN

1. METODE LONGITUDINAL
§ Cara menyelidiki subjek dalam jangka waktu lama
§ Keuntungannya adalah proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti
§ Kerugiannya, penyelidik sangat tergantung pada subjek dalam jangka waktu yg cukup lama
Contoh : meneliti perkembangan masa remaja

2. METODE CROSS-SECTIONAL
§ Menyelidiki kelompok subjek dari tingkatan usia yang berbeda-beda
§ Keuntungan dari metode ini adalah dapat diperoleh pengertian yang lebih baik akan faktor yg khas/kurang khas bagi kelompok subjek tertentu, karena ada perbandingan antar kelompok subjek
§ Kerugian dari metode ini ada kemungkinan hasil yg diperoleh kurang jelas/kurang dapat dipercaya karena subjeknya bukan hanya satu orang
3. METODE TIME-LAG
§ Membandingkan kelompok subjek dari usia yg sama tetapi dari kohort yg berbeda-beda.
Contoh :
Penelitian yg dilakukan oleh Wheeler menemukan bahwa anak anak dari usia & daerah yg sama lebih tinggi skor tingkah laku kecerdasannya pd th 1940 daripada th 1930

4. KOMBINASI METODE LONGITUDINAL & CROSS-SECTIONAL
§ Meneliti beberapa kelompok subjek selama beberapa tahun tetapi diusahakan sedemikian rupa sehingga usia kelompok satu dg yg lain saling menutupi.
Contoh :
kelompok I terdiri dari anak umur 12,13,14 th; kelompok II terdiri dari umur14,15,16 th.

5. Metode dg menggunakan pendekatan lintas-budaya
§ membandingkan kelompok subjek dari usia yg sama tetapi hidup dalam alam budaya yg berbeda-beda.
Contoh :
membandingkan tingkat kecerdasan anak kulit putih dg anak negro yg hidup di Amerika.

METODE SPESIFIK
1. METODE EKSPERIMENTAL
§ memanipulasi dan mengontrol variabel bebas untuk mengetahui pengaruhnya terhadap efek yg ditimbulkannya (var tergantung).
§ Adanya kelompok eksperimen & kelompok kontrol
Contoh :
meneliti pengaruh film kekerasan terhadap perilaku agresif pada anak-anak

2. METODE NON-EKSPERIMENTAL
§ Dalam penelitian non-eksperimental tidak ada kontrol variabel. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara observasi, studi kasus, survey dan korelasional.
a. Metode Observasi
§ mengamati perkembangan alami fenomena yang dimaksud.
§ digunakan untuk mempelajari tingkah laku anak-anak, interaksi sosial, aktivitas keagamaan, peperangan, aktivitas kejahatan dan kejadian lain yang tidak dapat dieksperimenkan.
§ Kelemahan metode ini antara lain adanya resiko munculnya penafsiran yang sifatnya subjektif

b. Metode Studi Kasus/Metode Klinis
§ mendapatkan biografi dari subjek yang ingin diteliti kasusnya.
§ terutama digunakan oleh dokter /ahli psikologi klinis ketika mengobati pasiennya dg mencoba merekonstruksi riwayat kehidupan masa lalu subjek berdasarkan ingatannya, laporan anggota keluarga dan rekaman lain.

c. Metode Survey
§ mengumpulkan sejumlah besar variabel mengenai sejumlah besar individu melalui alat pengukur wawancara.

d. Metode Korelasional
§ meneliti hubungan di antara berbagai variabel / mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berhubungan dengan variasi-variasi pada faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.
Contoh :
penelitian mengenai “Hubungan antara inteligensi dengan prestasi belajar siswa”.

USIA SATU SAMPAI DENGAN EMPAT TAHUN

A. Perkembangan Sesudah Tahun Pertama
8 tanda esensial perkembangan anak akhir tahun pertama dan awal 4 tahun.
1. Awal periode anak bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan. Usia 4 tahun dapat meloncat, memanjat, merangkak di bawah meja dan kursi, melakukan gerakan kasar dan halus dengan tangan, kaki, dan jarinya.
2. 4 tahun tangan dan mata berkoordinasi baik, berorientasi dalam situasi yang tidak asing. Tangan anak alat untuk bereksplorasi keliling melalui manipulasi benda.
3. Anak 4 tahun dapat berbahasa secara aktif.
4. Akhir periode tahu pengertian benda menurut warna dan bentuk, membedakan suara keras dan lembut, tahu nama benda dan menanyakan yang belum diketahui.
5. 4 tahun mengerti ruang dan waktu. Mampu menguasai tugas-tugas yang ada.
6. Pengertian norma pada usia 4 tahun sudah ada.
7. Kebutuhan untuk berbuat sesuatu makin lama makin ditentukan secara kognitif.
8. Anak tidak hanya ingin bersama orang dewasa, tapi bergaul secara aktif dengan mereka. Akhir periode mampu bermain bersama anak sebaya dan memperhatikan aturan yang ada.
v Permanensi Objek dan Konstansi Besar dan Bentuk
Kemampuan elementer bayi minggu pertama, mengamati realitas secara akurat adalah konstansi besar dan bentuk. Objek sama besar, pengertiannya konstansi besar. Penting bagi anak tetek, tidak perlu mengkonstruksi gambaran objek yang sama dilihat dari jarak dan sudut yang berbeda.
Hal yang nampak sama tapi tidak boleh dikacaukan konstansi besar dan bentuk, yaitu permanensi objek. Kecakapan psikis suatu objek tetap ada meski tidak nampak dan tidak bersangkutan dengan aktivitas waktu itu. Piaget mengemukakan permanensi objek terjadi pada sub stadium ke 4 (8-12 bulan) periode sensori-motorik. Tapi belum sempurna. Sub stadium ke 5 (12-18 bulan) objek tidak hanya sebagai hal yang ada, melainkan benda unik dan berdiri sendiri.
B. Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Umur kerangka (skelet) dilihat dari pergeseran tulang tangan anak. Tahun ke5 mulai disebut “Gestaltwandel” pertama. Anak mempunyai kepala relatif besar dan anggota badan pendek mulai mempunyai proporsi badan seimbang. Gestaltwandel kedua mulai umur 10 tahun, ketika mulai pubertas atau perkembangan seksualitas. Usia 3 tahun otomatis dapat berjalan. 4 tahun hampir berjalan seperti orang dewasa. Tapi belum dapat menyandarkan berat badannya pada satu kaki. Perkembangan mekanisme keseimbangan untuk berjalan tegak.
Bila anak dapat berjalan ia akan mencoba berbagai variasi. Usia 2 atau 3 tahun dapat lari, tapi belum mampu berhenti dengan cepat atau membalik. Usia 4-5 tahun dapat berhenti dan berbalik. 5 atau 6 tahun dapat berlari seperti orang dewasa dan menggunakan kemampuan dalam aktivitas bermain. 18 atau 20 bulan dapat memanjat tangga dengan bantuan. Usia 6 tahun menjadi pemanjat yang baik. Usia 2 atau 3 tahun anak belajar meloncat, berjingkat, dan variasi berjalan. 29 bulan dapat berdiri di atas sebelah kaki. Usia 3 tahun sukar menangkap bola atau memukul bola dengan tongkat. Usia 4 tahun belajar berbagai macam koordinasi visio motorik. Aktivitas sonco-motorik diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Tahun ke 4 pola lokomotorik dapat dikuasai.
Perkembangan persepsual dipengaruhi faktor keliling, yang terjadi adalah perkembangan pengamatan bentuk. Usia 5 atau 6 tahun anak dapat melihat benda secara khusus. Kern berpendapat anak tidak dapat melihat terperinci, dianggap tidak mampu membeda-bedakan, sehingga tidak mampu pergi sekolah. Membaca dan menulis berarti dapat memisahkan hal khusus. Schenk, kelemahan membaca atau legasteni, yaitu kesukaran memisahkan huruf dari kata-kata. Anak mampu melakukan tindakan kebersihan kurang lebih usia 15 bulan. Bila dilatih sebelum 15 bulan dapat menimbulkan pengalaman traumatis. Akibatnya anak sering “ngompol” saat ia sudah dapat bersih atau menunjukkan gangguan tingkah laku lain.
C. Perkembangan Kepribadian dan Perkembangan Sosial
1. Tingkah Laku Lekat Sesudah Umur Satu Tahun
Terjadinya tingkah laku lekat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu karena proses belajar dan ciri khas manusia untuk bercakap-cakap, memanipulasi, dan eksplorasi benda. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan anak sebelum proses belajar terjadi. Hubungan yang dyadis merupakan sifat khas hubungan antara ibu dan anak, tingkah laku lekat dipandang sebagai “sifat structural dari hubungan ibu dan anak”. ada dua teori yang dipakai dalam hal ini, yaitu:
2. Teori diferensiasi
Pendapat Bowlby. Anak mencari kontak sosial serta kehangatan dan kasih sayang. Anak mempunyai pilihan terhadap: ibu, ayah, atau anggota keluarga lain. Ketergantungan menjadi kecenderungan umum untuk mencari kontak sosial lepas dari identitas orangnya. Menurut Bowlby ibu dipandang sebagai figure sentral anak. Kasih sayang ibu adalah essensial untuk perkembangan psikis yang sehat. Menurut Rutter ibu tidak selalu menjadi objek kelekatan. Diferensiasi anak dianggap relatif punya kelekatan dengan ibu sampai ±6 tahun, kemudian mengadakan ikatan dengan orang dewasa lain. Bowlby mengemukakan sesudah 3 tahun anak merasa aman dalam situasi asing bersama objek lekat pengganti yang dikenal anak, saat dalam kondisi sehat, dan tahu posisi ibunya serta mudah mencari kontak dengannya.
3. Teori parallel
Maccoby, Masters, dan Hartup berpendapat sesudah umur 1 tahun anak menunjukkan tingkah laku lekat terhadap orang dewasa maupun anak sebaya lain. Observasi keadaan Indonesia menunjukkan bayi mengalami pola asuh yang tergantung pada situasinya. Contoh hal ini dapat dikemukakan antara lain:
a. Seorang penulis mendengar percakapan mengenai anak yang tidak ada pada. Hal itu membuktikan besarnya pengaruh tingkah laku anak terhadap anak lain sehingga menjadi objek percakapan.
b. Hubungan fungsional antara anak dalam permainan mempunyai sifat yang berbeda hubungannya dengan orang dewasa. Dalam bermain dengan teman terlihat tingkah laku koperatif berubah menjadi tingkah laku agresif. Perubahan emosional ini dapat diketemukan suatu keseimbangan yang baik, tidak terjadi dalam hubungannya dengan orang dewasa.
c. Harlow meneliti kera Rhesus dalam isolasi.Usia 6 bulan ada pertengkaran dan tingkah laku agresif sementara yang menghilang dalam beberapa waktu dan nampak lagi. Umur 1,5 tahun, keagresifan menunjukkan keinginan menyakiti dan merugikan makhluk lain yang bersifat permanen. Keagresifan pada sejumlah kera dalam isolasi tidak nampak pada kera yang berkelompok.
Tingkah laku koperatif, altruistis dan agresif dipengaruhi oleh“role taking” dan egosentrisme. Makin berkembang ambil alih peran makin kecil egosentrisme dan sebaliknya. Hal itu tetap ada sepanjang hidup tetapi bersifat saling menghambat.
4. Egosentrisme
Pemusatan diri sendiri dan proses dasar tingkah laku anak; pengamatan anak ditentukan oleh pandangan sendiri;belum berorientasi mengenai pemisahan subjek-objek. Perasaan dan pandangan terpusat pada diri sendiri. Egoisme menunjukkan ketamakan. Berikut ini merupakan macam bentuk egosentrisme:
· Egosentrisme dalam stadium sensomotorik (0-18)
Ketidakmampuan berdiferensiasi antara diri sendiri dan dunia luar. Diferensiasi berkembang selama 18 bulan. Menurut Piaget dan Inhelder 18 bulan pertama perubahan kearah desentrasi umum, anak merupakan objek dalam hubungan dengan objek lain.
· Egosentrisme dalam stadium pra-operasional (±18 bulan - ±tahun ke 6)
Kemampuan anak bekerja dengan tanggapan. Mulai memakai simbol dan kata. Ia tidak dapat membedakan antara simbol dan artinya, antara permainan dan bayangan impian yang dibuat sendiri dengan kenyataan. Sering dibedakan antara socialized speech dan private speech yaitu tidak ada nilai komunikatif nya; anak bicara sendiri. Tidak ada anak normal dalam periode perkembangan yang menggunakan bahasa hanya untuk komunikasi dengan dirinya sendiri saja”. Mueller menunjukkan umur 3 tahun tidak terdapat egosentrisme dalam penggunaan bahasa,bahasa selalu mempunyai nilai komunikatif.
· Egosentrisme dalam stadium operasional konkrit (± 6- ± 11 tahun)
Belum mampu membedakan hasil cipta mental dengan hal yang nyata. Menurut Elkind egosentrisme anak ditandai realitas asumtif, anak melihat kenyataan berdasar informasi terbatas. Memandang orangtua serba tahu. Ditarik konklusi umum, orang tua sebetulnya tidak mengerti apa-apa. Mereka lebih percaya pada teman sebaya atau pada guru. Elkind menamkan rasa superioritas kognitif ini sebagai keseimbangan kognitif.
· Egosentrisme pada remaja
Piaget, umur 11 tahun mampu beroperasi formal serta berfikir hipotetis-deduktif mampu menganalisis pikiran sendiri dan orang lain. Menurut Elkind hal itu merupakan inti egosentrisme remaja. Elkind menanamkan pengharapan dirinya yang akan dipikirkan orang lain tentang dirinya sebagai “public imajiner”. Egosentrisme yang spesifik hanya berlangsung sementara, namun juga lama.
· Egosentrisme pada orang dewasa
Belum dapat ditentukan umur yang tepat, karena belum adanya penelitian.
· Egosentrisme pada orang tua
a. Regresi kognitif, kemajuan yang berkurang dalam bidang kognitif.
b. Terjadi pelepasan tingkah laku lekat.
c. Sikap fleksibel berkurang hingga timbul rigiditas.
5. Tingkah laku ambil alih peran
Proses social dan proses kognitif bahwa orang dapat menempatkan diri pada motif, perasaan, pikiran, dan tingkah laku orang lain. Dapat menempatkan diri dalam keadaan orang lain berarti orang dapat membedakan dasar pandangan orang lain dari dasar pandangan sendiri disebut desentrasi social. Bentuk ambil alih peran:
· Ambil alih peran persepsual
Meramalkan yang dilihat orang mengenai objek yang sama, dari pandangan perspektif yang berbeda.
· Ambil alih peran konsepsual
Kecakapan menempatkan diri dalam pembentukan pengertian atau konsep orang lain.
· Ambil alih peran emosional-motivasional
Kecakapan ikut merasakan secara konkrit alam perasaan dan motif orang lain. Makin berkurang egosentrisme, makin bertambah kemampuan ambil alih perannya. Ambil alih peran merupakan proses hidup meskipun kualitasnya berbeda.
ΓΌ Gambaran Mengenai Program Stimulasi Kognisi Sosial
Perkembangan social kognitif yang dikemukakan Selman terdapat 8 kecakapan: mengidentifikasi, mendiskriminasi, mendiferensiasi dan membandingkan, menempatkan diri pada tempat orang lain, bersikap relative, mengkoordinasi dan memasukkan dalam perhatian.
6. Belajar Model
Proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Model pribadi; menirukan demi sifat tingkah laku pribadi. Model posisional: menirukan demi posisi social, kesuksesan, umur, jenis sekse. Menurut Bandura tingkah laku orang terjadi karena pengamatan. Syarat untuk menirukan model dengan baik:perhatian, retensi, reproduksi motoris, reinforsemen dan motivasi.
7. Periode Perkembangan Fase Kepala Batu
Menurut Hetzer dan Remplein hal ini dianggap sebagai proses inti perkembangan kemauan dan kepribadian. Reaksi pembangkangan berbeda dengan sikap tidak mau menurut, agresi, ingin punya pendapat sendiri, malu, terhambat dan mengadu kekuatan secara main-main. Reaksi ini berhubungan dengan sifat pendidikan orang tua. Inti penyebab reaksi pembakangan adalah berfungsinya dua hal yang diskrepan pada diri anak yaitu diskrepansi antara apa yang dikehendaki anak dengan apa yang dapat dimengerti secara intelektual.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN

A. Perilaku Konsumen
Konsumtif merupakan perilaku yang dilakukan manusia pada umumnya. Setiap hari dari bangun tidur sampai tidur lagi tanpa disadari pasti kita tidak bisa mengelak dari perilaku konsumtif. Dari anak-anak sampai lanjut usia mereka pasti membutuhkan sesuatu dalam hidup mereka, entah berupa barang maupun jasa. Tapi perilaku tersebut tentunya dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya saja usia, pendidikan, tingkat kebutuhan, dan masih banyak lagi. Motivasi untuk melakukan perilaku konsumtif pun berbeda-beda. Mungkin bagi sebagian orang membeli suatu barang dan jasa karena mereka benar-benar membutuhkan hal tersebut, namun bagi sebagian orang lain mereka membeli barang dan jasa karena tuntutan gaya hidup semata. Perilaku konsumtif yang sehat tentunya kita tidak boleh membeli suatu barang atau jasa secara berlebihan. Kita harus mampu menyesuaikan pengeluaran dengan pemasukan yang kita dapat. Hal tersebut perlu dilakukan agar kita dapat terhindar dari dampak negatif yang tidak diinginkan, misalnya saja stres karena pengeluaran yang lebih besar daripada perencanaan pengeluaran yang akhirnya jika terjadi secara berulang-ulang maka akan ada kemungkinan dapat menimbulkan depresi bagi konsumen. Selain itu jika kita menginginkan barang yang harganya lebih besar dari pemasukan kita maka biasanya yang akan dilakukan para konsumen adalah berhutang agar dapat memenuhi apa yang diinginkan konsumen tersebut.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) pengertian perilaku konsumen adalah perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Loudon dan Della Bitta (1993) perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa. Selain dua pendapat tersebut pengertian perilaku konsumen menurut Ebert dan Griffin (1995) dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi. Menurut Engel dan Miniard (1993) menjelaskan bahwa perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Deaton dan Muellbawer (1986) mengkaitkan perilaku dengan preferences dan possibillities. Perilaku konsumen merupakan pengkajian dari perilaku manusia sehari-hari (Mullen dan Johnson, 1990), sedangkan menurut Winardi perilaku konsumen merupakan perilaku yang ditujukan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa.
Dari pengertian-pengertian tersebut perilaku konsumen pada dasarnya memiliki dua elemen penting yaitu elemen proses pengambilan keputusan dan elemen kegiatan secara fisik. Hal-hal tersebut selalu melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. Konsumen membeli barang dan jasa tujuannya adalah untuk mendapatkan manfaat dari barang dan jasa tersebut. Jadi perilaku konsumen tidak hanya mempelajari apa yang dibeli atau dikonsumsi oleh konsumen saja, tetapi juga dimana, bagaimana kebiasan dan dalam kondisi macam apa produk dan jasa yang dibeli.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) menjelaskan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Secara sederhana studi perilaku konsumen mencakup :
§ What they buy ?
§ Why they buy ?
§ When they buy it ?
§ Where they buy it ?
§ How often they buy it ?
§ How often they use it ?


B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Seperti yang dijelaskan pada penjelasan sebelumnya bahwa perilaku konsumen sebenarnya dipengaruhi juga oleh beberapa hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam hal ini dibagi menjadi dua faktor dasar yaitu:

1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang berasal dari luar diri konsumen. Faktor-faktor tersebut antara lain terdiri dari :
a. Pengaruh Keluarga
Keluarga dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.
Pengaruh keluarga sebagai sarana informasi bagi konsumen yang lebih dipercaya daripada dari sumber lain. Biasanya seorang konsumen ketika pertama kali ingin membeli barang atau jasa tentunya mereka akan meminta pertimbangan dari keluarga terlebih dahulu. Apakah barang yang akan dia beli nantinya cocok untuk digunakan dan sesuai dengan kemampuan daya beli konsumen. Selain itu ketika konsumen ingin membeli sesuatu barang biasanya dia akan menyesuaikan barangnya dengan barang keluarganya yang sudah ada.
Contoh:
Konsumen yang ingin membeli kartu perdana telepon biasanya dia akan membeli kartu yang jenisnya sama dengan kartu perdana yang dipakai anggota keluarga lainnya. Hal tersebut dilakukan agar biaya komunikasi lebih terjangkau antara sesama anggota keluarga.
b. Kelas Sosial
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
c. Kebudayaan
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya.
Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis diantaranya:
§ kelompok nasionalisme
§ kelompok keagamaan
§ kelompok ras
§ area geografis.

Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen.
d. Marketing Strategi
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah
(1) Barang,
(2) Harga,
(3) Periklanan dan
(4) Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1 penelitian pemasaran memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.
Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.
e. Kelompok Refrensi
Kelompok ini merupakan kelompok yang memberikan pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada sikap dan perilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Kelompok refrensi ini biasanya berasal dari teman, rekan kerja, sales, iklan, dan masih banyak lagi.

2. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor-faktor ini antara lain :
a. Motivasi
Motivasi merupakan pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja secara efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Dalam pemberian motivasi tentu kita harus melalui beberapa proses. Dimana proses pemberian motivasi tersebut meliputi :
§ Tujuan
Produsen harus telah memiliki tujuan agar dapat memotivasi konsumen untuk dapat sampai pada tujuan yang diinginkan produsen tersebut.
§ Mengetahui Kepentingan
Produsen harus dapat mengetahui kepentingan dari konsumennya.
§ Komunikasi Efektif
Produsen harus memiliki komunikasi yang baik dengan konsumennya. Komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan bermacam-macam cara misalnya saja melalui iklan, pamflet, angket, layanan bebas pulsa, dan lain-lain.
§ Integrasi Tujuan
Proses motivasi diperlukan untuk menyatukan tujuan produsen dan kepentingan konsumen.
§ Fasilitas
Produsen memberikan sarana dan prasarana bagi konsumennya agar konsumen mampu mendapatkan barang dan jasa yang mereka perlukan.

Didalam motivasi pada umumnya terdapat dua kebutuhan khusus yaitu kebutuhan dan tujuan. Kedua hal tersebut terjadi suatu proses timbal balik dalam tubuh manusia, sehingga dapat saja terjadi perubahan motiv pada diri konsumen. Tujuan dari motivasi sendiri antara lain :
§ Meningkatkan kepuasan konsumen
§ Mempertahankan loyalitas
§ Efisiensi
§ Efektivitas
§ Menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara produsen atau penjual dengan pembeli atau konsumen.

Selain tujuan motivasi, teori-teori motivasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Maslow’s Need Hierarchy Theory Kelebihan dari teori motivasi ini antara lain perusahaan mengetahui bahwa konsumen berperilaku untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yang akan memberikan kepuasan baginya, kebutuhan konsumen berjenjang sesuai dengan kedudukan dan sosial ekonominya, dan yang terakhir adalah perusahaan akan lebih mudah untuk memberikan alat motivasi yang paling sesuai untuk merangsang para konsumen. Namun teori ini juga memiliki kelemahan, diantaranya kebutuhan manusia adalah berjenjang tetapi kenyataannya konsumen menginginkan tercapai sekaligus dan kebutuhan manusia merupakan siklus, selain itu walaupun teori ini populer tetapi belum pernah dicoba kebenarannya karena Maslow mengembangkannya hanya atas dasar pengamatan.
b. Persepsi
Persepsi disini maksudnya adalah pemahaman dari konsumen terhadap suatu barang dari pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh.
c. Sikap
Sikap disini maksudnya kecenderungan yang dipelajari dalam berperilaku dengn cara menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Objek sikap adalah konsep yang berhubungan dengan konsumsi atau pemasaran khusus. Sikap diperoleh dari hasil belajar yang mempunyai konsistensi namun dalam kondisi tertentu hal tersebut dapat berubah.
d. Gaya Hidup
Cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya. Di Indonesia terdapat berbagai macam gaya hidup, namun gaya hidup yang paling dominan adalah gaya hidup Amerika dan Indonesia. Diantara dua gaya tersebut terjadi perubahan gaya hidup, diantaranya :
§ Perubahan peran pembelian dari pria dan wanita.
§ Mempunyai perhatian yang besar pada masalah kesehatan dan gizi.
§ Lebih menyadari diri sendiri.
§ Gaya hidup yang konservatif dan lebih tradisional.
§ Meningkatkan penekanan dan kesenjangan hidup.
§ Kesadaran lingkungan yang lebih besar.
f. Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Karakteristik pribadian yang mempengaruhi perilaku konsumen diantaranya umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, dan kepribadian. Segi-segi kepribadian yang dimasukkan kedalam bagian ini antara lain:
§ Self
§ Personality trait
§ Kecerdasan
§ Appearance (penampilan) dan impressions (kesan)
§ Kesehatan
§ Tinggi, berat dan bentuk badan
§ Sikap terhadap orang lain
§ Knowledge
§ Skils
f. Proses Belajar
Belajar mengenai kelebihan dan kekurangan dari masing-masing produk. Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai produk tersebut. biasanya proses belajar ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dapat melalui media elektronik misalnya iklan, info dari teman atau keluarga, dan lain sebagainya.

STRES PEKERJA DALAM REALITA

Dala kehidupan sehari-hari tentu kita tida bisa lepas dari perilaku. Setiap orang pasti menunjukkan perilaku-perilaku mereka baik yang positif maupun negatif. Perilaku setiap orang tentunya berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain. Setiap hari agar kita bisa membangun hubungan sosial yang baik kita harus bisa memahami dan menerima perilaku setiap orang yang ada di lingkungan kita. Walwaupun kadang kita tidak bisa mengerti bagiamana perilaku orang-orang tersebut. perilau, kata tersebut jika dipandang merupakan kata yang setiap hari kita temui dan kita lakukan. Bahkan kadang kala diremehkan oleh orang-orang. Namun jika kita tidak memiliki pemahaman akan perilaku sebenarnya sangat riskan bagi kehidupan sosial kita, sebab perilaku disuatu daerah tentunya akan berbeda dengan daerah lain.
Perilaku atau behavior merupakan sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus perilaku merupakan bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Selan itu perilaku merupakan satu perbuatan atau aktivitas, satu gerak atau kompleks gerak-gerak. Para psikolog Amerika pada umumnya memiliki persepsi yang sama mengenai pokok persoalan psikologi ialah tingkah laku. Namun para psikolog tersebut memiliki pandangan yang berbeda mengai apa saja yang harus dimasukkan dalam kategori tingkah laku. Dalam pengertian paling luas, tingkah laku mencakup segala sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang. Ide-ide, impian-impian, reaksi-reaksi kelenjar, lari, menggerakkan suatu kapal angkasa semua itu adalah tingkah laku. Dalam pengertia lebih sempit, tingkah laku dapat dirumuskan hanya mencakup reaksi yang dapat diamati secara umum atau objektif. Definisi ini tidak memasukkan gejala yang disadari seperti berpikir, merasa, berpendapat, mempertimbangkan, dan lain sebaginya kecuali apabila hal-hal tersebut sebagai akibat dari tingkah laku tadi. Bagian terbesar dari para Behavioristis yakin betapapun objektif pendapat mereka, masih ada tempat dalam psikologi untuk memasukkan variabel-variabel yang menyelangi atau yang masih bisa digunakan. Pada umumnya, psikologi Amerika menjadi behavioristik dalam metodenya, namun dalam spiritnya cukup luas untuk memasukkan studi mengenai semua bagian-bagian penting dari aktivitas manusiawi.
Diatas telah dijelaskan mengenai pengertian dari perilaku dan telah disebutkan pula perbedaan perilaku disetiap daerah. Agar kita dapat mengetahui wajar atau tidaknya perilaku, normal atau tidaknya perilaku tentu kita harus mempelajari lebih dalam mengenai perilaku. Dalam dunia psikologi perilaku yang tidak normal disebut dengan psikopatologi. Dalam dunia psikopatologi dikenal istilah labeling dan klasifikasi atau penggolongan, tanpa tujuan yang jelas. Seseorang tidak boleh memberikan label pada ora g lain secara sembarangan, khususnya bagi para psikolog, kita tidak boleh melabel seseorang begitu saja, sebab bila hal tersebut dilakukan maka akan berdampak negatif bagi orang yang kita berikan label. Pemberian labeling secara asal-asalan dapat menimbulkan rasa malu, kesal, sakit hati, bahkan sering kita melihat bahwa pemberian label tidak akan mengurangi atau menghilangkan, justru akan memperkuat dan mempertahankan tampilan perilaku yang sama dikemudian hari. Bagi pihak yang memberi cap biasanya dapat muncul rasa bersalah atau akan dinilai orang lain sok tahu, sok jago, dan sebagainya. Menentukan suatu perilaku itu normal atau tidak bukanlah hal yang mudah. Kita harus mempertimbangkan berbagai aspek dan pendekatan. Menurut Prof. Suprapti Sumarmo Markam, staf senior Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi Universita Indonesia (1976), terdapat dua pendekatan yang berbeda dalam membuat pedoman mengenai normalitas, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Akan tetapi walaupun sudah dijelaskan dan dicantumkan dalam teori mengenai abnormalitas, bagi masyarakat awam mayoritas hal-hal tersebut tidak akan berlaku. Walaupun kita sudah berusaha menjelaskan sedetail mungkin, namun mereka tetap tidak mau tahu dan sulit menerima pengertian-pengertian tersebut. bagi masyarakat awam apa yang menurut mereka normal merupakan perilaku-perilaku yang mereka temui setiap harinya dan dapat dijelaskan secara logika, sedangkan perilaku yang sama sekali asing bagi mereka dan tidak dapat dijelaskan secara logika maka ketika pertama kali melihatnya secara spontan mereka akan mengatakan perilaku tersebut aneh dan tidak normal.
Dalam psikologi abnormal terdapat banyak sekali gejala dan gangguan yang dapat kita bahas satu persatu. Gangguan-gangguan yang dibahas dalam psikolgi abnormal biasanya telah dicantumkan dalam DSM dai APA dan PPDGJ dari ICD. Dalam buku-buku tersebut telah dikelompokkan kriteria-kritaeria yang sama dalam satu kelompik. Dalam tugas kali ini bagian yang akan kita bahas adalah stres.
Secara teoritis stres menurut Robert S Feldman (1989) merupakan suatu proses menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level fisiologis, emosional, kognitif dan perilaku. Dalam kamus psikologi karya JP Chaplin dijelaskan bahwa stres adalah satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu dijelaskan juga bahwa stres adalah memberikan tekanan atau ketegasan dalam cara berbicara atau cara menulis. Peristiwa yang menimbulkan stres dapa bersifat positif dan negatif, sedangkan sumber stres sendiri disebut dengan stresor. Stresor yang bersifat positif merupakan kejadian membahagiakan yang dapat menimbulkan stres. Misalnya mengatur acara pernikahan atau menyiapkan pesta. Stresor yang bersifat negatif merupakan kejadian-kejadian yang tidak membahagiakan, misalnya kematian, kecelakaan, menghadapi ujian dan lain sebagainya. Sesuatu didefinisikan sebagai peristiwa yang menekan (stressful event) atau tidak bergantung pada respon yang diberikan oleh individu terhadapnya. Jadi dengan kata lain seseorang mampu menderita stres tergantung dari ketahanan individu tersebut dalam menyikapi stressful event .
Orang yang mengalami tres secara berlebihan setiap harinya apabila orang itu tidak tahan maka dapat menimbulkan penyakit fisik. Biasanya apabila seseorang mengalami stres setiap hari tanpa adanya dukungan sosial atau orang yang membantunya kadang mereka tidak akan bertahan lama dan menunjukkan simstom-simstom yang dapat diketahui oleh banyak orang. Namun ada kemungkinan hal tersebut tidak berlaku bagi subjek yang telah saya amati ini. Subjek yang saya amati merupakan seorang laki-laki pekerja keras bagi keluarga dan istrinya. Apapun akan dilakukan agar keluarganya bisa bahagia. Salah satu hal yang kami perhatikan adalah subjek ini memiliki prinsip bahwa setiap masalah yang dia hadapi lebih baik tidak diceritakan kepada orang lain. Cukup dirinya sendiri yang tahu dan istrinya. Subjek juga bukan orang yang senang curhat atau berkeluh kesah. Jadwal kerja subjek yang padat membuatnya tidak memiliki waktu untuk berlibur atau bersenang-senang. Setiap kali dirumah subjekpun hanya tidur atau mengerjakan pekerjaan kantor yang belum selesai. Sumber stres dari subjek ini pun cukup banyak tidak hanya permasalahan kantor dan keluarga namun juga dari lingkungan luar tersebut. keluarga subjek nampak juga tidak terlalu mempedulikan apa yang sedang subjek lakukan. Hanya sebagian kecil saja yang memperhatikan subjek. Bagian yang menjadi perhatian pengamat adalah dengan padatnya jadwal kerja dan rutinitas diluar kerja apalagi subjek selama beberapa tahun terakhir ini tidak pernah lagi berekreasi subjek tidak pernah tampak mengalami stres yang berarti. Kesehatan subjek pun tidak buruk, dan tidak ada tanda-tanda mengalami gangguan kesehatan fisik karena menderita stres. Padahal hampir setiap hari stresor itu muncul. Dia juga tidak pernah meminta dukungan sosial dari keluarganya dalam menghadapi masalah-masalahnya. Kadang apabila dia mendapat suatu masalah yang mungkin dapat membuat orang lain langsung stres namun bagi diri subjek tidak menampakkan ekspresi yang berarti mengenai masalah tersebut. apabila kita ditemukan dengan masalah seperti ini tanpa ada analisis yang lebih mendalam apakah hal tersebut dapat kita katakan sebagai hal yang aneh. Padahal subjek sendiri menjalani hari-harinya dengan biasa dan tanpa gangguan. Dia juga masih dapat berhubungan dengan dunia luar dan dapat melakukan sosialisasi tanpa mengganggu orang lain. Jadi kadang kala teori apa yang kita dapat dibuku tidak dengan mudahnya dapat kita terapkan begitu saja didunia nyata tanpa memperhatikan aspek-aspek yang ada.

Kemampuan Ilusi dalam Monitoring Pengetahuan Selama Studi

Pemantauan pengetahuan selama studi tidak bisa dipisahkan antara situasi-situasi studi dan tes : Penilaian-penilaian terpelajar (JOLS) merupakan buatan kehadiran dari informasi yang ada tetapi memohon selama ujian. Kegagalan itu membuat JOLS dapat menanamkan suatu perasaan yang tak beralasan selama ujian. Para pengarang menguji aspek dari hubungan cue–target dengan menggunakan tugas paired-associates yang menunjukkan kemungkinan kemampuan menjadi penyokong ilusi. Aspek ini mempunyai potensi untuk menciptakan diferensial asosiasi a priori dan a posteriori. Bilamana ketika diperkenalkan sendirian dengan diberi suatu isyarat maka dapat menimbulkan target yang sesuai untuk melawan asosiasi antara isyarat dan target ketika keduanya hadir. Pengarang membantah bahwa semakin besar pembentuknya semakin besar pengaruhnya terhadap daya ingat, sedangkan belakangan diketahui bahwa hal tersebut semakin berpengaruh terhadap JOLs.
Sebelumnya JOLs menunjukkan bahwa penilaian itu akurat dalam meramalkan masa depan kinerja memori dan sensitip kepada manipulasi-manipulasi yang mempengaruhi kinerja pelajaran dan memori nyata. Dalam artikel ini berfokus pada masa depan memori performance overestimation terhadap kemampuan ilusi. Contohnya para siswa memperlihatkan ilusi-ilusi ketika mereka memiliki harapan tinggi tentang kinerja test mereka yang masa depan. Dalam penyajian riset, kita memperkenalkan satu mekanisme yang berperan untuk ilusi-ilusi seperti itu. Pengujian literatur mengungkapkan bahwa JOLs mengkalibrasi dan tidak memperlihatkan penyimpangan kepercayaan berlebih. Mayoritas penyimpangan kepercayaan terbatas pada item-by-item JOLs yang menimbulkan studi dari tiap item. Ketika peserta mengumpulkan penilaian-penilaian untuk dijadikan suatu daftar kepercayaan berlebih dikurangi, dan di sana kadang-kadang terjadi underconfidence ( Koriat et al., 2002; Mazzoni &Nelson, 1995). Aspek tertentu dari penemuan ini menyarankan sebagian orang untuk memasang pasangan materi yang bersifat peka terhadap JOLs dan bahwa pengujian dari perbedaan inter item mengandung pelajaran dari suatu kondisi bahwa untuk membantu perkembangan ramalan-ramalan yang dipompa.

Faktor-Faktor Yang Mendukung Kemampuan Ilusi

Mekanisme berpikir dalam diri kita berperan untuk JOLs yang dipompa untuk memastikan materi yang berasal dari suatu perbedaan pokok antara kondisi terpelajar dan kondisi ujian. Di suatu test memori yang khas, orang-orang diperkenalkan dengan suatu pertanyaan dan diminta untuk menjawabnya. Dalam kondisi pelajaran yang sesuai, pertanyaan dan jawaban muncul dalam kata penghubung. Maksudnya adalah penilaian atas kinerja memori yang terjadi dimasa depan dilihat dari jawaban tersebut. Kata penghubung ini menciptakan suatu perspektif penyimpangan. Untuk meramalkan dengan teliti pelajar perlu mengadopsi perspektif dari penempuh ujian, tetapi pelajar itu perlu melepaskan diri dari perspektif yang dia miliki, pendiskontoan apa yang diketahui. Perspektif merupakan sumber dari kepercayaan berlebih dalam kesukaran meraih perubahan. Beberapa peneliti menggunakan dugaan “kutukan dari pengetahuan” untuk menguraikan kecenderungan yang dibiaskan oleh pengetahuan ketika menghakimi perspektif (Birch & Bloom, 2003; Camerer, Lowenstein, &Weber, 1989; Keysar & Henly, 2002). Kelley dan Jacoby (1996) mengamati peserta-peserta yang diberi permainan huruf kata berhasil meramalkan bahwa kesukaran dalam menyelesaikan permainan huruf kata akan berpose pada peserta-peserta lain, sedangkan ramalan seperti itu kurang akurat ketika kehadiran buatan dari solusi permainan huruf kata. Dalam hal itu, kita membantah bahwa perlukah pelajar mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari pengaruh answer—but yang efeknya tidak diinginkan dalam kesukaran ini seharusnya lebih mengutamakan hukuman beberapa materi.

Riset [Utama/Lebih Dulu] Relevan
Penundaan JOL sdalam mengikuti studi jauh lebih akurat dalam meramalkan daya ingat dibanding dengan JOLs dibuat secara cepat setelah studi. Pengaruh penundaan JOLs terjadi ketika cued dari stimulus dipasangkan bukan ketika cued berasal dari pasangan respon stimulus yang tetap utuh (Dunlosky & Nelson, 1992). Nelson dan Dunlosky mengusulkan kondisi ketika JOLs tertunda dan cued dari stimulus mendekati tes standar yang akhirnya memerlukan akses informasi dalam memori jangka panjang, sedangkan respon buatan dari JOLs untuk cue–target yang tetap utuh memasangkan kehadiran buatan yang nyata dari target atau kehadirannya dalam ingatan jangka pendek, situasi yang tidak sesuai dengan kondisi pada waktu perjanjian yang akhir.Pengaruh penundaan JOLs dalam studi mengakibatkan pumpun primer mempunyai diresolusi atau ketelitian relatif dalam membedakan antara materi yang direcall dan yang tidak. Fokus artikel ini adalah penyimpangan dalam ketelitian yang absolut (cf. kalibrasi) yang diterapkan dalam ramalan kinerja memori. Nelson dan Dunlosky telah menguji kalibrasi dan menemukan bahwa penundaan JOLs yang dipengaruhi suatu isyarat menghasilkan ketelitian absolut lebih baik dibanding penundaan JOLs yang dikarenakan suatu isyarat tetap utuh dipasangkan oleh target (Dunlosky &Nelson, 1992, 1994; T. O. Nelson & Dunlosky, 1991). Dunlosky dan Nelson (1997) menemukan bahwa menunda JOLs secara konsisten akan lebih tinggi ketika dipengaruhi oleh cue–target dibanding ketika dipengaruhi oleh suatu isyarat, dan mereka mengusulkan bahwa pengaruh kekuatan ini memiliki kesamaan dari pengaruh peninjauan kebelakang (Fischhoff, 1975). Ketika isyarat dan target diperkenalkan bersama-sama, mereka menimbulkan “Aku serba tahu sepanjang” perasaan.
Sasaran dari Riset Saat Ini
Diawal kami berusaha untuk memahami proses-proses yang mendasari JOLs berfokus pada inter item perbedaan-perbedaan dalam sifat dan kekuatan asosiasi antara isyarat dan target. Studi-studi sebelumnya telah mendefinisikan bahwa derajat tingkat pergaulan antara para anggota pasangan itu adalah salah satu dari semua faktor penentu kuat dari JOLs (Connor, Dunlosky, & Hertzog, 1997; Dunlosky & Matvey, 2001; Koriat, 1997). Beberapa penemuan menyatakan bahwa pergaulan semantik merupakan kelebihan suatu isyarat untuk JOLS terhadap faktor ekstrinsik seperti keadaan dari belajar atau membuat strategi (Carroll et al., 1997; Koriat, 1997; Shaw &Craik, 1989). Secara umum asosiatif semantik pergaulan digunakan untuk mempengaruhi JOLs dan daya ingat dengan perkiraan kasar yang sama luas ( Dunlosky & Matvey, 2001; Hirshman & Bjork,1988; Koriat, 1997). Dalam satu usaha untuk menguraikan benang yang terpilin dari JOLs yang dipompa, kita menarik suatu pembedaan penting yang sulit dipisahkan antara dua aspek dari pergaulan. Mengikuti Koriat (1981), kita membedakan a priori dan pergaulan a posteriori. Pergaulan a priori mengacu pada kemungkinan isyarat suatu rekanan yang dipasang untuk mengurus target dibandingkan dengan potensi yang lain. Pergaulan jenis ini penting dalam situasi ujian, ketika pelajar diperkenalkan dengan suatu isyarat dan diminta untuk mengingat target yang sesuai. Pergaulan a posteriori dapat dilihat pada hubungan yang dirasa antara isyarat dan target ketika keduanya hadir pada waktu studi. Berdasar perkiraan pergaulan yang baik diuk ur oleh norma-norma asosiasi yang memungkinan isyarat menetapkan target karena rekanan pertama. Pergaulan a posteriori yang baik diukur oleh penilaian-penilaian yang subjektif dari derajat tingkat pergaulan antara isyarat dan target ketika keduanya hadir. Yang penting dari perbedaan ini adalah karena keberadaan dari rekanan yang lain juga potensial yang kritis dalam menentukan derajat tingkat pergaulan a priori tetapi sama sekali tidak penting untuk pergaulan a posteriori. Dalam JOLs tingkat kehadiran target atau jawaban selama studi, harus ditekan ketika pergaulan a posteriori tidak terkendali sehubungan dengan pergaulan a priori. Yang kita harapkan satu kemampuan ilusi ketika kehadiran target menyoroti dari aspek isyarat yang bersifat sedikit lebih maju dalam kehadiran isyarat itu sendiri. Dalam laporan eksperimen berikut, kita memanipulasi atribut dari rekanan yang dipasangkan mengasumsikan kekuatan relatif dari a posteriori dibanding pergaulan a priori. Untuk menggambarkannya, orang-orang diminta memutuskan kemungkinan mana yang relatif, setiap pasangan-pasangan diberi sebagai suatu respon dari istilah pertama dalam norma-norma asosiasi kata: lampu–nyala, menemukan–mencari, menjual– membeli, dan indah–baik. Kemungkinan untuk empat pasangan berturut-turut adalah .706, .025, .564, dan .028 (Palermo & Jenkins, 1964). Orang-orang yang telah diminta untuk menerka kemungkinan-kemungkinan ini meremehkan perbedaan diantara pasangan-pasangan. Ketika isyarat dan target diperkenalkan bersama-sama (find–seek) dalam pandangan kami orang-orang cenderung fokus pada pergaulan a posteriori, mengabaikan peran dari respon-respon isyarat lain. Oleh karena itu pemasangan tersebut mempunyai asosiasi a priori yang lemah yang kadang dirasa sebagai hubungan yang benar baik menghasilkan JOLs yang ditekan. Pelajar merasa beberapa hubungan antara kata-kata asosiasi yang berdasarkan norma antara kata-kata kosong (Fischler, 1977).
Eksperimen 1: Barang kepunyaan dari Pergaulan A Priori Asosiatif
Dalam Eksperimen 1, menguji bagaimana JOLs meningkatkan daya ingat seperti suatu fungsi derajat tingkat pergaulan asosiatif antara isyarat dan target. Seperti hanya mencatat, kita berasumsi bahwa a priori yang lemah menuju ke asosiasi untuk menjadi asosiasi moderatsaat keduanya hadir, peserta cenderung pada hubungan antara kata-kata yang bersifat tidak berkaitan menurut kata norma asosiasi. Kita mengharapkan JOLs untuk lebih meningkatkannya dengan kekuatan asosiatif dibanding perlunya daya ingat yang nyata. Pola akan menjadi pasangan yang tidak berkaitan seperti itu dan menghubungkan pasangan yang lemah menyebabkan JOLs lebih membandingkan dengan daya ingat nyata. Studi sebelumnya dari pemantauan terpelajar sudah menandai barangnya dari pergaulan kata dalam JOLs dan daya ingat. Tidak satu pun dari artikel-artikel sebelumnya memiliki hasil-hasil dalam kaitan dengan menggunakan istilah pembedaan antara dasar perkiraan dan pergaulan a posteriori. Seperti dicatat sebelumnya untuk membedakan dua arah jalan di mana pergaulan digambarkan secara kritis. Dalam studi sebelumnya kata memasangkan digolongkan sebagai “terkait” dan “tidak terkait” berdasarkan penilaian subjektif dalam pergaulan seperti penilaian memorabilas (Koriat, 1997; Eksperimen 1), penilaian ease-of-learning (Dunlosky &Matvey, 2001), atau penilaian “betapa sulit atau mudah untuk mencapai sesuatu yang bersama-sama antara kedua pasangan” (-Rabinowitz, Ackerman, Craik, &Hinchley, 1982, p.690). Dapat dimengerti bahwa nilai seperti itu dipengaruhi oleh seluruh isyarat memasangkan target, oleh karena itu untuk menangkap jenis yang sama dari pergaulan a posteriori yang diasumsikan untuk mendasari JOLs. Ketika pergaulan diterapkan dalam cara ini tidak ada alasan untuk mengharapkan obyek di JOLs lebih lemah dibanding karena daya ingat nyata. Suatu reanalisis dari eksperimen-eksperimen dikenal sebagai Studies 4–8 dan 10–11 (Koriat et al, 2002), pasangan digolongkan sebagai sesuatu yang sulit atau gampang berdasarkan penilaian subjektif memorabilas, yang diungkapkan tanpa mementingkan interaksi antara kesukaran dan ukuran dari tujuh studi. Ketika kita mendiskusikan (Eksperimen 3) dan memasangkan seperti citizen–tax atau nurse–wife yang mempunyai nol asosiasi a priori tidak diragukan penerima ease-of-learning atau memorabilas penilaian yang tinggi. Sebaliknya, dalam belajar pergaulan digambarkan dalam terminologi dari norma-norma asosiasi kata menghasilkan sesuatu yang bersifat konsisten dengan hipotesis kami. Dalam eksperimen yang dilaporkan oleh Koriat (1997, Eksperimen 2), daftar rekanan yang dipasangkan dimasukkan 35 pasangan yang terkait dengan asosiasi a priori atau lebih menurut norma asosiasi kata dan 35 pasangan yang tidak berkaitan dengan dasar asosiasi perkiraan. Reanalisis dari data menandai bahwa mengingat pasangan-pasangan tidak berkaitan dan yang terkait rata-rata 673 dan 192 berturut turut didaftar presentasi yang pertama, sedangkan nilai tengah yang sesuai dengan JOLs adalah 648 dan 289. Suatu Ukuran (JOL melawan daya ingat) Analisis ragam pergaulan Asosiatif (-ANOVA) menghasilkan F(1, 23) 979, MSE Bursa Saham Midwest) 9178, p .005, interaksi. JOLS lebih tinggi dibandingkan daya ingat untuk pasangan-pasangan yang tidak berkaitan, t(23) 259, p .02, tetapi bukan karena pasangan-pasangan yang terkait, t(23) 060, n, diamati perbedaannya dalam arah kebalikan. Interaksi serupa nyata dalam hasil yang diperoleh Connor et al. (1997, Eksperimen 3), tapi hanya tiga dari empat data yang dilaporkan. Hasil studi yang terakhir oleh Hertzog, Kidder, Powell-Moman, dan Dunlosky (2002) tidak memperlihatkan interaksi yang diharapkan. Kita merancang Experiment 1 untuk menguji apakah kekuatan asosiatif mempunyai pengaruh lebih lemah di JOLs dibanding didaya ingat nyata seperti yang kita harapkan. Kita menggunakan daftar rekanan yang dipasangkan mencakup yang tidak berkaitan, dengan hubungan yang lemah, dan pasangan yang betul-betul berhubungan.
Metode
24 mahasiswa dalam program luar negeri Universitas Haifa Israel dibayar oleh NIS karena mengambil bagian dalam eksperimen. Materials1. Kita membuat 60 daftar kata yang dipasangkan agar menjadi 20 kata yang tidak berkaitan, 20 kata yang hubungannya lemah, dan 20 pasangan betul-betul berhubungan. Kekuatan asosiatif digambarkan seperti rangkaian pasangan kata sebagai satu rekanan dari isyarat kata pertama. Kita membutuhkan pasangan asosiasi yang lemah dan kuat dari Koriat (1981, Eksperimen 1). Kemungkinan rerata asosiasi mereka adalah . 065 (cakupan .025–118) dan . 564 (cakupan . 408 –.706), pasangan yang tidak berkaitan mempunyai kekuatan asosiatif kosong. Piranti.Eksperimen diselenggarakan di Silicon Graphics stasiun-kerja. Stimuli ditunjukkan dilayar komputer. JOLS dan respon yang dipanggil kembali adalah percakapan lisan oleh peserta-peserta di suatu papan tombol. Prosedur. Peserta diminta untuk mempelajari 60 pasangan rekanan dan menandai adanya JOLs lalu secepatnya dihilangkan dari layar. Mereka diberitahu dalam tahap ujian, mereka akan melihat masing-masing kata stimulus pada gilirannya dan diminta untuk mengingat kata respon yang sesuai. Selama tahap studi, kata-kata stimulus dan respon diperkenalkan dilayar yang berdampingan selama 4 detik. Peserta diminta mempelajari masing-masing pasangan sehingga mereka mampu mengingat kata kedua pada saat memasangkan ketika pertama kali diperkenalkan. Mereka dihimbau untuk menggunakan seluruh 4 detik itu. Pasangan digantikan setelah 500.000 statemen saat recall. Laporan peserta secara lisan diperkiraan antara 0%–100% skala. Setelah akhir tahap studi 60 kata-kata stimulus diperkenalkan satu setelah lain untuk sampai pada masing-masing 8 detik. Peserta harus mengatakan respon dengan suara keras dalam 8 detik. Eksperimen mengumpulkan nilai respon, 1 detik setelah itu tanda dibunyikan dan kata stimulus berikutnya diperkenalkan. Presentasi materi diacak ditentukan untuk masing-masing dari tahapan eksperimen.
Hasil-hasil
Nilai tengah meramalkan daya ingat (JOL) dan persentase daya ingat nyata yang diperkenalkan dalam Gambar 1 sebagai fungsi kekuatan asosiatif. Daya ingat (M 6109) bertemu daya ingat nyata (M 5807) lekat, keduanya memiliki barang kepunyaan kuat yang dihasilkan dari kekuatan asosiatif. Antara pola yang serupa dari hasil yang dilaporkan oleh Dunlosky dan Matvey (2001) dan Koriat (1997). Seperti yang diramalkan, kekuatan asosiatif mempunyai pengaruh lebih lemah dalam daya ingat dibandingkan dengan daya ingat nyata. Suatu ANOVA yang dua jurusan, Ukuran (JOL melawan daya ingat) Kekuatan Asosiatif (asosiasi yang tidak berkaitan, lemah, dan kuat) menghasilkan F(1, 23) 122, MSE Bursa Saham Midwest) 26833, n, karena ukuran; F(2, 46) 2699, MSE Bursa Saham Midwest) 14703, p .0001, untuk kekuatan asosiatif; dan F(2, 46) 1821, MSE Bursa Saham Midwest) 10605, p .0001, untuk interaksi.






KORIAT AND BJORK

Kesalahan menunjukkan 1 SEM. Seperti dilihat pada Gambar 1 pola interaktif antara keduanya dalam membandingkan pasangan yang tidak berkaitan dengan pasangan yang lemah hubungannya seperti juga dalam membandingkan kedua tingkat asosiasi untuk pasangan-pasangan yang terkait. ANOVA dua jalur menggunakan yang tidak berkaitan dan yang lemah hubungan F pasangan-pasangan yang dihasilkan 1, karena ukuran; F(1, 23) 34498, MSE Bursa Saham Midwest) 11504, p .0001, untuk kekuatan asosiatif; dan F(1, 23) 1200, MSE Bursa Saham Midwest) 14521, p .005, untuk interaksi. ANOVA yang menggunakan asosiasi weakand yang kuat dipasangkan menghasilkan F(1, 23) 1471, MSE Bursa Saham Midwest) 16274, p .001, karena ukuran; F(1, 23) 6756, MSE Bursa Saham Midwest) 7868, p .0001, untuk kekuatan asosiatif; dan F(1, 23) 701, MSE Bursa Saham Midwest) 5152, p .05, untuk interaksi. JOLS lebih rendah dari daya ingat untuk asosiasi yang kuat dipasangkan, t(23) 660, p.0001, tetapi kebalikannya apakah benar untuk asosiasi kosong yang dipasangkan, t(23) 232, p .05. Kita mengharapkan pasangan yang lemah hubungannya juga menghasilkan tekanan pada JOLs, tetapi harapan ini tidak dibuktikan. Perbandingan JOL-recall untuk pasangan-pasangan ini menghasilkan t(23) 167, n..
Diskusi

Kekuatan a priori yang digunakan lebih lemah pengaruhnya di JOLs dibandingkan daya ingat konsisten dengan gagasan asosiatif yang lemah, seperti yang diukur oleh norma-norma, dirasa sebagai suatu hubungan yang kuat ketika keduanya diperkenalkan bersama-sama.Nilai mutlak daya ingat nyata dan yang diramalkan diExperimen 1 sama sekali tidak konsisten dengan ramalan yang ada karena hanya pasangan yang tidak berkaitan, bukan pasangan yang lemah hubungannya yang dihasilkan JOLs. Maju mundur asosiasi dalam Eksperimen 2, kita menyelidiki barang kepunyaan dari arah asosiatif atribut yang lain. Pertimbangkan; menganggap pasangan kucing–anak kucing, sebagai contoh. Sedangkan kemungkinan anak kucing yang menimbulkan kucing-kucing adalah .72, menurut norma-norma asosiasi kata, kemungkinan bahwa kucing-kucing menimbulkan anak kucing adalah saja .02. Mengira bahwa asosiasi-asosiasi mundur bersifat lebih sedikit yang menguntungkan karena daya ingat dibanding asosiasi-asosiasi kemajuan (D. L.Nelson, McKinney, Perintah kuda belok, &Janczura, 1998; D. L. Nelson &Zhang, 2000), kita mengharapkan memompa JOLs ketika pasangan-pasangan itu diatur di suatu arah yang mundur jika dibandingkan dengan ketika mereka diatur di suatu pemain depanarah. Yang ,kehadiran dari respon (anak kucing) beserta stimulus (kucing-kucing) mungkin untuk menekankan itu atribut-atribut dari stimulus yang dibagi bersama dengan respon dan seperti itu meningkatkan kelancaran pengolahan dari seluruh pasangan (lihat Begg, Duft, Lalonde, Melnick, &Sanvito, 1989; Benjamin et al., 1998).
Metode
Kita menggunakan daftar 24 kata yang dipasangkan dengan asosiasi yang tidak simetris. Kita membagi pasangan kata dalam dua set yang sama dalam asosiasi maju mundur (Palermo &Jenkins, 1964). Rerata kekuatan asosiatif maju mundur adalah .397 dan .020 secara berturut-turut karena Tetapkan A, dan .396 dan .021 berturut-turut karena Tetapkan B.Kita menugaskan satu himpunan pada kondisi kemajuan dengan asosiasi yang kuat menjadi isyarat pada kata target dan yang lain pada kondisi yang mundur, diimbangi dengan tugas ke peserta. Sebagai tambahan, kita memilih 24 pasangan yang tidak berkaitan dari norma yang sama.
Eksperimen itu diselenggarakan di IBM-compatible komputer pribadi. Stimuus ditunjukkan di layar komputer, masing-masing JOLs dan daya ingat peserta dalam menanggapi eksperimen itu di papan tombol.
Prosedurnya sama seperti pada Experiment 1, kecuali tiap pasangan diperkenalkan selama 5 detik dalam tahap mengingat. Peserta diberitahu bahwa daftar berisi 48 kata yang dipasangkan. Nilai tengah meramalkan daya ingat (JOL) dan daya ingat nyata pada Gambar 2. Dukungan alat ini untuk meramalkan arah pengaruh asosiasi kinerja memori. Suatu ANOVA dua jurusan, Ukuran arah maju mundurnya JOL dalam melawan daya ingat menghasilkan F(1, 19) 658, MSE Bursa Saham Midwest) 16512, p .05, ukuran F(1, 19) 1158, MSE Bursa Saham Midwest) 18837, p .005, untuk arah dan F(1, 19) 1873, MSE Bursa Saham Midwest) 6839, p .0005, untuk interaksi. Pasangan terdepan menghasilkan ketelitian absolut yang sempurna (-cf. kalibrasi). Nilai tengah JOLs (781) pada kenyataannya serupa untuk daya ingat (788), t(19) 020. Asosiasi mundur menghasilkan tekanan pada JOLs, dengan nilai-tengah 757 pada hakekatnya lebih tinggi dibanding daya ingat nilai-tengah (603), t(19) 409, p .-001. Arah asosiasi mempunyai nilai kecil dan tidak berpengaruh penting di JOLs, t(19) 116, n, tetapi hal itu mempunyai pengaruh cukup besar di daya ingat, t(19) 400, p .001. Pasangan yang tidak berkaitan menghasilkan derajat tingkat tertentu dari kepercayaan berlebih. Rerata JOLS dan daya ingat 3732 dan 2428, berturut-turut, t(19) 348, p .005. Pola ini konsisten dengan hasil Experiment 1, yang mengusulkan bahwa peserta pada derajat asosiasi antara pasangan asosiasi a priori yang kosong menurut norma asosiasi kata.
Diskusi

Dalam mendiskusikan hasil Experiment 2, dapat berguna untuk membedaan antara dua teori semantik (Hutchison, 2003). Menurut pandangan asosiatif, dasar suatu hubungan dengan keputusan tergantung pada cue-to-target kekuatan asosiatif. Kekuatan ini menentukan tingkat pengaktifan yang disebar dari isyarat ke target. Menurut pandangan featural, cat dasar didasarkan pada tumpang-tindih yang terbagi bersama dalam fitur utama pada target. Dari perbedaan itu, akan mengusulkan bahwa kesuksesan daya ingat tergantung dari directionalnya, cue-totarget asosiatif, JOLs lebih mempercayakan isyarat dan target secara global. Asosiasi harus lebih kritis untuk JOLs dibanding daya ingat, seperti yang ditemukan sebagai kasus. Keberadaan kemunduran lapisan dasar dalam keputusan berhubungan dengan kamus (Koriat, 1981) sebagai bukti untuk featural pandangan dari lapisan dasar yang semantik (Table 3 di Hutchison, 2003).
Eksperimen 3: Berdasar perkiraan dalam melawan asosiasi A Posteriori mengadakan 2 percobaan yang menunjukkan bahwa kekuatan asosiatif dan arahnya menggunakan barang kepunyaan lebih lemah di JOLs dibanding daya ingat. Dalam Eksperimen 3, penyelidikan diperluas untuk memasangkan asosiasi kata a posteriori yang dipasangkan adalah a priori yang kemunculannya terkait ketika diperkenalkan bersama-sama. Untuk menggambarkan pasangan seperti nurse–wife sudah ditemukan untuk menghasilkan keputusan yang berhubungan dengan kamus (Fischler, 1977) meskipun koneksi asosiatif antara kedua kata adalah kosong. Hubungan antara pasangan a posteriori muncul ketika keduanya hadir secara bersamaan, yang kita harap dari pasangan ini mampu menghasilkan tekanan pada JOLs. Kasus ini tidak untuk memasangkan a priori di mana kata isyarat dan target mempunyai hubungan langsung dengan asosiasi sebelumnya.


Gambar 2.Nilai-tengah meramalkan daya ingat nyata yang berhubungan peserta dan pasangan-pasangan yang dihubungkan degaan asosiasi mundur (Eksperimen 2). Kesalahan menunjukkan 1 SEM.




Metode

Kita meng-compile daftar 72 kata Ibrani yang dipasangkan, terdiri dari 24 pasang kata dengan asosiasi a priori yang tinggi, 24 pasang kata a posteriori dan 24 pasang kata yang tidak berhubungan. Kita mengambil 24 pasangan asosiasi tinggi dari kata Ibrani ( Breznitz &Ben-Dov, 1991). Kita memilih target kata sebagai respon yang umum dari kata isyarat. Rerata 24 pasangan asosiasi adalah 21 ( SD .10, cakupan 11–53). Kekuatan asosiatif ditentukan dari target sebagai respon dari kata isyarat ketika respon diharapkan. atau berhubungan secara asosiatif, tetapi asosiasi a priorinya menurut norma adalah kosong. Contoh: tempat tidur–malam, bersih–sabun, dan tawa–canda. Akhirnya, 24 pasangan yang tidak berhubungan terpilih sehingga mempunyai asosiasi kosong dan keduanya dinilai seperti ketika mempunyai rasosiasi rendah. Konsistensi ukuran dengan hipotesis lebih sulit untuk ditemukan. Hanya dua pasangan ukuran yang ditemukan dari norma itu, sisa dari pasangan yang tidak berhubungan harus terpilih alasan yang intuitif.
Alat dan prosedur yang dipakai sama dengan Experiment 1, kecuali tiap pasangan kata muncul di layar selama 35 detik untuk mempelajarinya dan 6 detik untuk menjawab selama ujian.

Hasil-hasil

Nilai-tengah meramalkan daya ingat dan daya ingat nyata direncanakan di dalam Gambar 3 untuk a priori, a posteriori, dan pasangan-pasangan tidak berkaitan. ANOVA dua jurusan, Ukuran JOLs melawan daya ingat menghasilkan F(1, 15) 1369, MSE Bursa Saham Midwest) 26785, p .005, karena ukuran; F(2, 30) 15601, MSE Bursa Saham Midwest) 16392, p .0001; dan F(2, 30) 442, MSE Bursa Saham Midwest) 10501, p .05, untuk interaksinya. ANOVA yang termasuk hanya pasangan a priori dan a posteriori menghasilkan suatu interaksi yang penting, F(1, 15) 1020, MSE Bursa Saham Midwest) 8845, p .01. fakta dari nilai-tengah JOLs pada daya ingat nilai-tengah yang dibandingkan dengan pasangan a priori adalah t15) 09, n, dan yang menghasilkan tekanan posteriori dalam JOLs adalah t(15) 379, p .005, seperti ketika pasangan itu tidak, sedangkan semata-mata a posteriori memasangkan dihasilkan suatu ilusi yang ditandai berkaitan adalah t(15) 377, p .005. JOLs dikalibrasi karena mengetahui pasangan a priori. Pasangan yang tidak berkaitan menghasilkan satu ilusi yang konsisten dengan hasil Experiments 1 dan 2.

Diskusi

Hasil Experimen 3 memberikan gagasan bahwa pergaulan antara stimulus dan respon terminologi mempengaruhi JOLs diluar pergaulan barang kepunyaan yang berakibat pada daya ingat nyata. A priori dan a posteriori memiliki derajat asosiasi yang tinggi ketika kedua anggota pasangan hadir. Perbedaannya dalam pasangan a posteriori ketika kata isyarat diperkenalkan sendirian menimbulkan rekanan yang lebih kuat dibandingkan dengan kata target, tidak hanya pencegahan kata target yang muncul dalam asosiasi kata norma-norma tetapi juga merusak kemungkinan hasil dalam ujian daya ingat cued.

Diskusi Umum

Dalam studi ini, kita memanipulasi karakteristik dari bahan yang akan dipelajari. Akibat dari manipulasi ini menyatakan bahwa ketika pemicu bahan asosiasi yang dipelajari selama studi bersifat absen atau lemah pada tes berikutnya, kemampuan ilusi peserta lebih cenderung meramalkan daya ingat mereka sendiri akan masa depan. Ditekankan bahwa kepercayaan berlebih yang kita amati tidak hanya fitur standar dari JOLs. Umumnya, JOLs tidak memperlihatkan penyimpangan kepercayaan berlebih untuk materi yang digunakan dalam studi ini. Dengan demikian, ketidakhadiran dari jawaban dalam dirinya menghasilkan kepercayaan pada JOLs kehadiran suatu jawaban menimbulkan asosiasi a posteriori antara isyarat dan target yang tidak terkendali sehubungan dengan asosiasi a priori antara kata itu. Disajikan melalui proses dan kinerja masa depan yang selektif dari penyimpangan kepercayaan berlebih untuk menguatkan pasangan yang lebih luas dari kecenderungan penyimpangan yang terjadi dari pengolahan masa kini ke pengolahan masa depan. Bjork (1999) menyatakan bahwa individu cenderung menginterpretasikan kinerja yang ada sebagai bukti terpelajar bahkan ketika arus kinerja ditopang oleh kondisi lokal yang diprediksi. Dalam gagasan aspek monitor JOLs dari arus pengolahan, Koriat, Bjork, Sheffer, dan Bar (2004) baru-baru ini menemukan bahwa peserta suatu tes diharapkan peserta memiliki kemampuan setelah studi selama satu hari atau seminggu, JOLs sepenuhnya tidak memperdulikan interval ingatan, daya ingat nyata meski memperlihatkan suatu khas dan melupakan fungsi yang dalam (Carroll et al., 1997). Pola ini menimbulkan tekanan JOLs untuk satu minggu penundaan, peserta meramalkan diatas 50% daya ingat, sedangkan daya ingat nyata kurang dari 20%. Dalam pandangan kami kepercayaan berlebih menunjukkan studi yang diperoleh dari kecenderungan pengolahan yang ada. Dalam hal ini bentuk pemberian beban yang tidak pantas kepada asosiasi yang yang diaktifkan oleh kehadiran target yang dipelajari selama pengkodean. Fitur yang unik dari penyimpangan kepercayaan berlebih menyelidiki apa yang dipelajari tidak bisa dipisahkan dalam proses pelajaran diri sendiri. Belajar perlu menunjukkan informasi yang baru pada pelajar bahwa mereka diharapkan untuk mengingat atau mengggunakannya di masa depan. Mereka harus monitor derajat tingkat dari penguasaan tiap item selama pengkodean dan mengalokasikan sumber daya pelajaran secara setimpal, ketinggian yang tidak beralasan cenderung akan mengaktifkan asosiasi a posteriori oleh item itu dengan tidak terkendali. Tinjauan penyimpangan masa depan dan kebelakang digunakan untuk memikirkan kepercayaan berlebih yang diamati dalam sajian studi ketika tinjauan hasil penyimpangan masa depan yang dihubungkan dengan penyimpangan peninjauan kebelakang secara ekstensif. Penyimpangan peninjauan kebelakang mengacu pada kecenderungan untuk menyimpangkan memori dari suatu penilaian sebelumnya setelah memperoleh jawaban yang benar (-Fischhoff, 1975; karena tinjauan ulang, melihat Christensen-Szalanski &Willham, 1991; Hawkins &Hastie, 1990). Kita melihat penyimpangan tinjauan masa depan seperti gambaran cermin. Tidak seperti penyimpangan peninjauan kebelakang, yang terjadi ketika daya ingat dari jawaban nya yang lampau merupakan kehadiran dari jawaban yang benar, penyimpangan tinjauan masa depan terjadi ketika suksesnya ramalan dalam memanggil kembali jawaban yang benar merupakan kehadiran jawaban itu. Karena kedua penyimpangan mencerminkan kegagalan untuk meloloskan diri dari pengaruh jawaban yang benar, untuk berspekulasi bahwa suatu mekanisme serupa underlies pada kedua penyimpangan.
Perbedaan penting antara kedua penyimpangan adalah pemimpin mereka yang terlepas dari kenyataan bahwa melibatkan postdictions (peninjauan kebelakang) dan yang lain melibatkan ramalan (tinjauan kemasa depan) karena penyimpangan peninjauan kebelakang mengelompokkan suatu penyimpangan memori, sedangkan penyimpangan tinjauan kemasa depan mengelompokkan suatu penyimpangan metakognitif. Meski memiliki riset yang mendokumentasikan pengaruh dari penilaian metakognitif dari penyimpangan peninjauan kebelakang (Werth, Strack, &Fo¨rster, 2001). Penyimpangan tinjauan kemasa depan menggambarkan dengan menganalisa teoritis dalam kerangka metakognitif dibanding memori dalam dirinya.

PSIKOLOGI KONSUMEN

A. Komunikasi
Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat berperan dalam Psikologi konsumen. Melalui komunikasi kita dapat mendefinisikan suatu produk sehingga kita bisa mengerti dan memahami berbagai aspek serta pengetahuan-pengetahuan yang ada didalam produk tersebut. Melalui komunikasi kita bisa mempelajari produk-produk yang ada. Namun apakah komunikasi itu sendiri dan seberapa besar pengaruhnya masih perlu kita pahami lebih jauh. Sampai sejauh ini definisi komunikasi sendiri masih banyak sekali yang berlainan, diantaranya :
· John R Wenburg dan William Wilmot
“Komunikasi adalah suatu usaha memperoleh makna”
· Donald Byker dan Loren J. Anderson
“Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih”
· William 1. Gorden
“Komunikasi secara ringkas dapat didefinisikan sebagai suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.”
· Judy C Pearson dan Paul E. Nelson
“Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna.”
· Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
“Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih.”

Secara garis besar komunikasi diartikan sebagai suatu proses sebab komunikasi merupakan sebuah kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Terdapat kontinuitas dalam setiap unsurnya.
Komunikasi berlangsung dalam sebuah konteks atau situasi tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor berikut ini:
1. Aspek yang bersifat fisik, diantaranya: iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek yang bersifat psikologis, diantaranya: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi peserta komunikasi.
3. Aspek yang bersifat sosial, diantaranya: norma kelompok, karakteristik budaya dan nilai sosial.
4. Aspek waktu yakni kapan terjadinya komunikasi.

Secara umum komunikasi dibedakan berdasarkan jumlah masa yang terlibat di dalamnya. Maka secara garis besar kita mengenal adanya beberapa jenis komunikasi berikut ini:
1. Komunikasi Intrapersonal
Merupakan komunikasi dengan diri sendiri baik secara sadar maupun tidak sadar. Komunikasi ini bersifat inheren dalam komunikasi dua orang, tiga orang, dan seterusnya. Sebelum berkomunikasi dengan orang lain pasti kita selalu berkomunikasi dengan diri kita sendiri terlebih dahulu. Dalam hal ini komunikasi dengan diri sendiri lebih pada mempersepsikan dan memastikan makna dari pesan yang disampaikan orang lain kepada kita, biasanya hal ini berlangsung secara tidak disadari oleh setiap orang.
Contoh : Berpikir
2. Komunikasi Diadik
Komunikasi ini merupakan bentuk khusus dari komunikasi interpersonal. Komunikasi diadik hanya melibatkan dua orang saja. Ciri dari komunikasi ini adalah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat, pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan baik secara verbal maupun non verbal.
3. Komunikasi Interpersonal
Merupakan komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal yang berlangsung secara efektif memiliki banyak unsur, namun yang paling penting adalah hubungan interpersonal. Pola komunikasi interpersonal memiliki efek yang berlainan dalam hubungan interpersonal. Kuantitas dalam komunikasi belum tentu menunjukkan seberapa bagusnya hubungan interpersonal kita, namun yang paling utama adalah bagaimana kita melakukan komunikasi tersebut. Dalam menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik maka perlu diperhatikan hal-hal berikut ini:
· Percaya (Trust)
Faktor ini merupakan yang paling penting diantara faktor-faktor lainnya, untuk menumbuhkan rasa saling percaya maka kita harus mampu untuk berempati, menerima, dan jujur. Berempati disini maksudnya adalah sikap kita dalam memahami dan merasakan apa yang menimpa orang lain. Menerima disini maksudnya adalah berhubungan dengan orang lain tanpa menilai bagaimana orang tersebut dan tanpa berusaha mengendalikan kehidupan orang tersebut. jujur disini berarti kita harus terbuka dan membuka diri kita secara apa adanya kepada orang lain.
· Sikap Suportif
Sikap suportif merupakan sikap mengurangi sikap defensif (tidak menerima, tidak jujur, dan tidak berempati)dalam komunikasi. Menurut Jack Gibb ada enam perilaku yang menimbulkan sikap suportif.
Iklim Defensif Iklim Suportif
1. Evaluasi artinya penilaian terhadap orang lain, memuji atau mengecam. 1. Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi tanpa menilai.
2. Kontrol artinya berusaha untuk merubah orang lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya. 2. Orientasi Masalah artinya mengkomunikasikan keinginan untuk melakukan kerja sama mencari pemecahan masalah.
3. Strategi artinya penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang lain. 3. Spontanitas artinya sikap jujur dan berusaha tidak menyelimuti motif yang terpendam
4. Netralitas artinya sikap impersonal, memperlakukan orang lain tidak sebagai persona melainkan sebagai objek. 4. Empati artinya bagaimana kita bisa merasakan atau memahami apa yang dirasakan oleh orang lain.
5. Superioritas artinya sikap yang menunjukkan bahwa anda lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, atau kecantikan. 5. Persamaan artinya memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis.
6. Kepastian, orang yang memiliki kepastian akan bersifat dogmatis, ingin menang sendiri, dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu gugat. 6. Profesionalisme kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengetahui bahwa pendapat manusia pasti memiliki banyak kesalahan dan tentunya akan berubah setiap waktu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar terjadi.

· Sikap Terbuka
Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme (orang yang tertutup). Berikut ini merupakan perbedaan antara sikap terbuka dan dogmatisme:
Sikap Terbuka Sikap Tertutup
1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika. 1. Menilai pesan berdasarkan motif-motif pribadi. Tidak memperhatikan logika dari proposisi, lebih melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya.
2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa. 2. Berpikir simplisitis, artinya berpikir hitam putih tanpa nuansa.
3. Berorientasi pada isi. 3. Bersandar lebih banyak pada sumber pesan daripada isi pesan
4. Mencari informasi dari berbagai sumber. 4. Mencarai informasi tentang kepercayaan orang lain dari sumbernya sendiri
5. Lebih bersifat profesional dan bersedia mengubah kepercayaannya. 5. Secara kaku mempertahankan dan memegang teguh sistem yang dipercayainya.
6. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya. 6. Menolak, mengabaikan, mendistorsi, dan menolak pesan yang tidak konsisten dengan sistem yang dipercayainya.

4. Komunikasi Kelompok
Komunikasi ini juga melibatkan komunikasi interpersonal. Pada umumnya kelompok merupakan sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama, saling berkomunikasi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka dari bagian kelompok tersebut.
5. Komunikasi Publik (pidato)
Merupakan komunikasi antara satu orang pembicara dengan khalayak umum. Komunikasi ini biasanya lebih formal dan lebih rumit penyajiannya, karena menuntut sebuah persiapan yang cermat, keberanian, dan kemampuan untuk menghadapi sejumlah besar orang. Daya tarik fisik pembicara juga merupakan faktor penting yang menentukan efektivitas pesan. Dalam komunikasi ini yang dituntut untuk selalu aktif hanya satu sisi saja, sedangkan yang lain lebih cenderung pasif. Tujuan dari komunikasi publik adalah memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.
6. Komunikasi Organisasi
Komunikasi ini bersifat formal dan informal dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi ini adakalanya melibatkan komunikasi diadik, interpersonal, dan komunikasi publik. Komunikasi formal dan informal dibedakan berdasarkan struktur organisasinya. Komunikasi formal merupakan komunikasi yang sesuai dengan struktur organisasinya, sedangkan komunikasi informal merupakan komunikasi yang tidak mengikuti struktur organisasinya, misalnya gosip atau hanya sekedar mengobrol ringan.
7. Komunikasi Massa
Komunikasi ini menggunakan media massa sebagai alat penyampaiannya. Ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas. Komunikasi interpersonal, kelompok, dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan oleh media massa.

B. Komunikasi yang Efektif
Komunikasi dianggap efektif apabila mengandung lima hal berikut ini:
1. Menyampaikan Informasi dan Menghasilkan Pengertian
Maksudnya disini adalah penerimaan yang cermat dari isi pesan seperti yang dimaksud oleh pemberi pesan.
2. Menghasilkan Kesenangan
Hal seperti ini bisa membuat hubungan sosial kita menjadi lebih akrab, hangat, dan menyenangkan. Menghasilkan kesenangan disini bukan berarti mencari informasi atau keterangan, melainkan salah satu cara kita membangun suatu hubungan sebelum melakukan komunikasi.
3. Mempengaruhi Sikap
Komunikasi ini biasa sering disebut sebagai komunikasi persuasif. Komunikasi yang bisa mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, atau bisa mempengaruhi atau mengajak orang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang kita inginkan.
4. Menghasilkan Hubungan Sosial yang Lebih Baik
5. Menghasilkan Tindakan Nyata
Hal ini merupakan hal yang dianggap susah untuk diwujudkan. Namun keberhasilan dari suatu komunikasi diukur dari tindakan nyata yang dihasilkan. Agar suatu tindakan itu bisa dilakukan maka pertama-tama kita harus berhasil menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan merupakan hasil kumulatif dari proses komunikasi.

C. Pandangan Tentang Proses Komunikasi
Antara komunikasi dan pemasaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Don E.Schultz, Stanley Tannenbaum dan Robert Lauterborn dalam buku mereka Integrated Marketing Comunication (1994-46) memandang komunikasi pemasaran sebagai kontinum dari mulai tahap perancangan (design) produk, distribusi, sampai ke kegiatan promosi (melalui iklan, pemasaran langsung dan spesial event) serta tahap pembelian dan penggunaan di kalangan konsumen.
Promosi menurut Shimp, Terrence adalah aspek pemasaran umum bahwa managemen promosi berhubungan dengan ekplisitas. Promosi sendiri meliputi praktek periklanan, penjualan perorangan, promosi penjualan, publisitas dan point of purchase communication (P-O-P) yaitu komunikasi di tempat pembelian. Elemen promosi terdiri dari displai, poster, tanda-tanda dan variasi bahan-bahan di toko lainnya, yang di desain untuk mempengaruhi pilihan pelanggan pada saat pembelian.
Walaupun pada jaman sekarang ini komunikasi merupakan pemasaran, namun antara pemasaran dan promosi sendiri memiliki perbedaan. Promosi merupakan salah satu kegiatan dari pemasaran, hal ini digambarkan ketika kita menyebarkan pesan (mempromosikan), sedangkan pemasaran lebih kepada komunikasi dua arah dimana proses apakah yang sesuai, perlu atau tidak diadakannya feedback dari mendesain nama sampai kepada produk jadi. Selain itu dalam pemasaran juga diperlukan assessment (penilaian atau taksiran).
Delapan langkah dalam mengembangkan program komunikasi dan promosi total yang efektif seorang komunikator pemasaran harus:
1. Mengidentifikasi audiens yang dituju
Audiens dapat diartikan sebagai calon pembeli produk perusahaan, pemakai saat ini, keputusan, atau pihak yang mempengaruhi. Audiens itu dapat terdiri dari individu, kelompok, masyarakat tertentu atau masyarakat umum.
2. Menentukan tujuan komunikasi tersebut
Setelah pasar sasaran dan karakteristiknya di identifikasi, komunikator pemasaran harus memutuskan tanggapan yang diharapkan dari audiens. Tanggapan terakhir yang diharapkan dari audiens adalah pembelian, kepuasan yang tinggi dan cerita dari mulut ke mulut yang baik.
3. Merancang pesan
Setelah menentukan tanggapan yang diinginkan dari audiens komunikator selanjutnya mengembangkan pesan yang efektif. Idealnya, pesan itu harus menarik perhatian (attention),mempertahankan ketertarikan (interest), membangkitkan keingininan (desire), dan menggerakkan tindakan (action). Memformulasikan pesan memerlukan pemecahan atas 4 masalah.
· Isi pesan, yaitu apa yang akan dikatakan
· Struktur pesan, yaitu bagaimana mengatakannya secara logis.
· Format pesan, yaitu bagaimana mengatakannya secara simbolis.
· Sumber pesan, yaitu siapa seharusnya yang mengatakannya.
4. Memilih saluran komunikasi
Saluran komunikasi terdiri dari 2 jenis yaitu:
· Saluran komunikasi personal.
Mencakup dua orang atau lebih yang berkomunikasi secara langsung satu sama lain
· Saluran komunikasi nonpersonal
Menyampaikan pesan tanpa melakukan kontak atau interaksi pribadi, tetapi dilakukan melalui media, atmosfer dan acara.
5. Menentukan total anggaran promosi
Ada 4 metode utama yang digunakan dalam menyusun anggaran promosi.
· Metode sesuai kemampuan
· Metode presentasi penjualan
· Metode keseimbangan persaingan
· Metode Tujuan dan tugas
6. Membuat keputusan atas bauran promosi (Marketing Mix)
Perusahaan harus mendistribusikan total anggaran promosi untuk lima alat promosi yaitu:
· Iklan, merupakan model komunikasi yang dapat menjangkau publik secara luas. Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dan juga mempercepat quick sales. Selain itu iklan juga bersifat baku dan dapat ditayangkan berulang-ulang serta dapat memperoleh efek dramatisasi dari iklan yang telah ditayangkan tersebut. Namun iklan hanya dapat membawa pesan secara monolog (komunikasi satu arah).
· Promosi penjualan, alat promosi ini mempunyai tiga manfaat yaitu pertama, Komunikasi, dimana merupakan sarana untuk menarik perhatian dan memeberikan informasi yang akhirnya mengarahkan konsumen kepada produk. Hal tersebut memberikan kontribusi nilai tambah kepada konsumen dan juga dapat secara aktif mengajak konsumen membeli produk yang ditawarkan.
· Public Relation dan publisitas, alat promosi ini dapat menarik perhatian khalayak ramai jika memiliki kredibilitas yang tinggi dan tidak memasukkan unsur penjualan, jadi hanya sebagai pemberi informasi. Public Relation dan publisitas juga dapat memperoleh efek dramatisasi seperti yang terjadi pada iklan.
· Personal Selling, merupakan alat promosi yang paling efektif pada siklus terakhir dari proses pembelian. Hal ini terjadi karena personal selling dapat membuat hubungan interaktif secara dekat sehingga dapat mengenal konsumen secara lebih dalam dan lebih baik sehingga dapat memberikan respon yang tepat.
· Direct Marketing, alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang spesifik. Namun pesan yang disampaikan melalui direct marketing dapat disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta dapat diperbaharui secara cepat pula.
Perusahaan selalu mencari cara untuk meperoleh efisiensi dengan mensubtitusi satu alat promosi dengan yang lainnya.
7. Mengukur hasil promosi tersebut
Setelah menerapkan rencana promosi, komunikator harus mengukur dampaknya pada audiens sasaran. Hal ini mencakup menanyakan audiens sasaran apakah mereka mengenali atau mengingat pesan yang telah disampaikan, beberapa kali mereka melihatnya, hal-hal apa saja yang mereka ingat, bagaimana perasaan mereka tentang pesan tersebut, dan sikap mereka sebelumnya dan sekarang tentang produk dan perusahaan itu.
8. Mengelola dan mengkoordinasikan proses komunikasi pemasaran terintegrasi.
Banyak perusahaan masih sangat mengandalkan satu atau dua alat komunikasi untuk mencapai tujuan komunikasinya. Praktik ini terus berlangsung, meski sekarang ini terjadi disintegrasi dari pasar massal ke banayak pasar kecil, masing-masing memerlukan pendekatan komunikasi tersendiri; berkembangannya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen. Alat komunikasi, pesan, dan audiens yang sangat lebih modern.

Kepuasan Konsumen
a. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan pelanggan tidak mudah untuk dirumuskan. Menurut Susan Fournier dan David Glen Mick kepuasan pelanggan digambarkan sebagai proses yang dinamis. Kepuasan memiliki dimensi sosial yang kuat. Di dalam kepuasan mengandung komponen makna dan emosi yang integral. Proses kepuasan bisa bergantung pada konteks dan saling berhubungan antara berbagai paradigma model dengan mode.
Kepuasan produk selalu berkaitan dengan kepuasan hidup dan kualitas hidup itu sendiri. Richard Oliver ( James G. Barnes, 2001) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan tanggapan yang diberikan oleh pelanggan (customer) atas terpenuhinya kebutuhan sehingga memperoleh kenyamanan. Penilaian suatu kelebihan produk dapat memberikan kenyamanan pemenuhan kebutuhan termasuk pemenuhan kebutuhan yang sesuai dengan harapan atau pemenuhan kebutuhan yang dapat melebihi harapan pelanggan.
b. Kepuasan Pelanggan bersifat Temporer dan Variatif
Dalam kenyataannya, bahwa kepuasan pelanggan bersifat temporer, karena apa yang dirasakan ”puas” pada satu situasi, belum tentu menjamin kepuasan pada situasi yang lain. Demikian juga, puas bagi satu pelanggan dalam menanggapi kelebihan/ keistimewaan dari suatu produk pada situasi yang sama, belum tentu dirasakan sama dalam memperoleh kepuasan bagi pelanggan yang lain. Sehingga dapat dinyatakan bahwa kepuasan pelanggan sangat bervariaf.
c. Makna Kepuasan Pelanggan
Kepuasan merupakan suatu target yang sifatnya berubah-ubah dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan pada setiap transaksi. Oleh karena itu kita memerlukan standar tertentu yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan atas mutu produk tertentu. Menurut Montgomery (1985) mutu suatu produk ada dua macam yaitu Quality of design (mutu desain) dan Quality of comparmance (mutu kecocokan).
d. Faktor yang Menjadi Pemicu Terhadap Kepuasan Pelanggan
Barnes (2001) mengidentifikasikan faktor penentuan kepuasan pelanggan antara lain pelayanan dengan nilai tambah, tampilan produk atau jasa, aspek bisnis, kejutan yang dapat memberikan rangsangan emosi, penilaian intangible (yang tidak terlihat) saat pelayanan diberikan.
e. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pelanggan
Kunci utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah interaksi antara produsen dengan pelanggan yang mempunyai kualitas rangsangan terhadap perasaan nyaman yang dirasakan oleh pelanggan. Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan diidentifikasikan dalam lima level diantaranya:
· Produk atau jasa inti, merupakan esensi dari penawaran yang dapat mewakili produk inti yang disediakan oleh produsen. Penetapan produk inti merupakan yang paling mendasar untuk ditawarkan kepada pelanggan sekaligus menjadi hal yang paling sulit bagi produsen untuk membuatnya lain dari yang lain. Perusahaan harus dapat menetapkan produk intinya secara tepat agar hubungan dengan pelanggan dapat diawali.
· Sistem dan pelayanan pendukung mencakup layanan yang dipandang dapat meningkatkan kelengkapan dari produk inti. Perangkat yang menjadi pendukung pada level ini antara lain sistem pembayaran dan penghantaran, kemudahan memperoleh produk dan pelayanannya, jam pelayanan, level karyawan, pendukung teknis dan perbaikan, sistem komunikasi dan informasi, dan sejenisnya.
· Performa teknis terkait dengan apakah penetapan produk inti maupun layanan pendukungnya sudah dilakukan secara tepat dan benar, yang harus dipertimbangkan adalah perusahaan dapat menampilkan produk sesuai dengan apa yang dijanjikan kepada pelanggan.
· Elemen interaksi dengan pelanggan mengacu pada prinsip interaksi penyedia jasa dengan pelanggan melalui tatap muka atau kontak yang berbasis pada teknologi.
· Elemen emosional atau Dimensi Afektif Pelayanan (Barnes, 2001). Manajer perusahaan penyedia jasa harus dapat mempertimbangkan kemungkinan yang dapat memberikan pesan halus untuk disampaikan kepada pelanggan, sehingga dapat menumbuhkan perasaan yang positif dalam diri pelanggan terhadap produk maupun perusahaannya. Banyak riset membuktikan bahwa ketidakpuasan pelanggan tidak berhubungan dengan kualitas produk inti, akan tetapi lebih mengarah kepada aspek dari interaksi pelanggan dengan penyedia jasa dan karyawan- karyawannya.
f. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan
Sependapat dengan Supranto (2001) bahwa pengukuran aspek mutu bagi produsen, mempunyai nilai yang stategik, yaitu untuk mendeteksi dan mengetahui secara baik jalannya proses bisnis, mengetahui secara tepat di mana harus melakukan perubahan dan perbaikan terus-menerus sebagai upaya memuaskan pelanggan, menentukan perubahan yang dilakukan yang mengarah pada perbaikan.
g. Trend Penggunaan Ukuran Kepuasan Pelanggan.
Trend penggunaan ukuran kepuasaan pelanggan, mengarah pada dua kecenderungan yaitu soft measure dan hard measure. Soft Measures (ukuran lunak) menggunakan indeks subyektif, indikator yang digunakan adalah hal-hal yang tidak terlihat (intangible) misalnya ”mutu”. Sotf measure mengukur persepsi dan dan sikap pelanggan terhadap organisasi yang memproduksi sebuah produk, hasil pengukuran tersebut digunakan untuk mencari peluang peningkatkan dalam membuat keputusan bisnis yang lebih baik. Alat yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan adalah kuesioner.
Hard measures (ukuran keras) menggunakan indeks obyektif. Indikator yang digunakan adalah hal-hal yang terlihat dengan jelas (tangible). Fokus yang diukur hard measure adalah besaran produk (berat, ukuran panjang atau luas dari suatu produk), waktu untuk menyelesaikan suatu proses produksi. Rekomendasi dari hasil pengukuran ini, dimanfaatkan untuk memperbaiki rancangan suatu produk. Alat yang digunakan adalah “technica-tools”, seperti stopwatch, ukuran berat benda, ukuran suhu, dan sejenisnya. Ukuran keras ini lebih tepat mengukur segi ergonomis dari pemakaian suatu produk, yang penggunaannya sering terjadi pada perusahaan manufaktur (pengolahan).
Untuk mengembangkan suatu model dan penggunaan keusioner kepuasan pelanggan, diperlukan tahapan proses. Langkah-langkah yang digunakan dalam mengukur kepuasan pelanggan adalah mengidentifikasi unsur-unsur penting yang terkait dengan kebutuhan pelanggan. Hal ini diperlukan karena pengetahuan akan kebutuhan pelanggan, dapat memberikan suatu pemahaman yang lebih menyeluruh tentang cara pelanggan dalam mengartikan mutu produk yang dijual oleh produsen. Langkah selanjutnya adalah mengembangkan kuesioner yang memungkinkan dapat menangkap informasi-informasi tentang persepsi yang lebih mendasar sehubungan dengan kebutuhan pelanggan, dan juga informasi yang terkait dengan keperluan evaluasi terhadap kuesionernya. Langkah yang terakhir adalah penggunaan kuesioner kepuasan pelanggan.

D. Memilih Saluran Komunikasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para produsen dalam memasarkan produk mereka adalah komunikasi antara produsen dengan konsumen, konsumen dengan konsumen, pengaruh yang terdapat pada hubungan impersonal misalnya media masa dan iklan, serta hubungan interpersonal (salesman dan opinion leadership).
Beberapa perusahaan besar telah mengikut sertakan peran konsumen dalam menyampaikan produk-produk dari perusahaan tersebut, seperti yang dilakukan oleh General Motors, Ford Motor Company, mereka memberikan disket ataupun CD-ROM dengan tujuan agar mereka dapat menerima informasi sejelas-jelasnya dan lebih paham terhadap produk yang ditawarkan. Secara tidak langsung apabila ada teman dari orang yang diberi CD tersebut bertanya terhadapnya, dia dapat menjelaskan juga kepada orang tersebut dan juga lay out dari informasi yang disediakan pada CD-ROM tersebut biasanya interaktif dan juga menarik untuk dilihat.

Sistem Sosial
Difusi dari sebuah produk baru biasanya terjadi pada sebuah seting sosial atau lebih tepatnya berada pada sebuah sistem sosial. Akan tetapi sebuah inovasi akan dapat diterima pada sebuah sistem sosial apabila memiliki kecenderungan dapat mengubah sikap masyarakat menjadi lebih baik daripada sebelumnya.

Waktu
Dalam proses ini membutuhkan waktu untuk 3 hal, yaitu untuk menentukan dalam proses pembelian, bagaimana seseorang pada akhirnya akan menggunakan suatu produk tertentu dan orang tersebut dapat menerima inovasi dari produk sehingga dapat menggunakan produk tersebut. Waktu berguna sebagai penentu dalam pembagian orang yang mengadopsi suatu produk baru. Tingkatan tersebut dibagi menjadi 5 kelompok:
a. Innovator dimana orang tersebut adalah orang yang pertama kali mempergunakan suatu produk baru.
b. Early Adopter dimana orang tersebut mempergunakan suatu inovasi akan tetapi biasanya lebih lama daripada innovator dan terdapat kecenderungan untuk memikirkan terlebih dahulu apakah akan mempergunakan suatu produk baru dibutuhkan atau tidak.
c. Early Majority dimana kebanyakan orang berada pada posisi ini.
d. Late Majority adalah orang-orang kebanyakan yang biasanya agak terlambat dalam mengadopsi suatu produk baru
e. Laggard dimana orang-orang tersebut adalah orang-orang terakhir yang mengadopsi suatu produk baru.

Proses Adopsi
Fokus dari proses ini adalah tahapan dari seorang konsumen menentukan untuk mencoba atau tidak mencoba, maupun akan melanjutkan atau untuk berhenti menggunakan sebuah produk baru. Adopsi pada beberapa produk dan jasa mungkin hanya memiliki dampak perubahan yang kecil pada konsumen, adapun pada beberapa inovasi akan menyebabkan perubahan yang besar pada perilaku secara umum dan juga gaya hidup dari seseorang. Contoh inovasi yang memiliki dampak besar pada masyarakat adalah seperti kendaraan, telepon, handphone, lemari pendingin, televisi, pesawat terbang, dan juga komputer. Inovasi tersebut menyebabkan perubahan perilaku dari yang sebelumnya.
Proses adopsi tersebut terdiri atas 5 tahapan, yaitu antara lain awareness, interest, evaluation, trial, dan adoption (rejection). Awareness adalah tahapan ketika seseorang sadar dan memperhatikan mengenai informasi suatu produk baik pada sebuah media ataupun ketika mendapat informasi suatu produk dari orang lain. Interest adalah ketika seseorang tertarik dengan suatu produk tersebut dan mencari tau lebih informasi tentang produk tersebut baik pada media atau dengan bertanya pada orang lain. Evaluation adalah tahapan ketika seseorang menimbang-nimbang apakah dia membutuhkan produk tersebut dan apakah produk tersebut dapat memuaskan dan tepat untuk dirinya. Tahap evaluation sebenarnya adalah tahapan trial akan tetapi terjadi pada proses mental. Tahap Trial adalah ketika seseorang mencoba produk tersebut secara terbatas baik dengan mendatangi konter ataupun dealer yang menyediakan produk yang diinginkan. Sedangkan Adoption/Rejection adalah ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan atau tidak menggunakan produk tersebut berdasarkan dari tahapan-tahapan yang dilaluinya sebelumnya.

E. Model Komunikasi Pemasaran
Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication) adalah salah satu dari 4 elemen besar dari bauran pemasaran (marketing mix) yang dimiliki perusahaan. Pemasar harus mengetahui bagaimana menggunakan alat pemasaran untuk mengkomunikasikan keberadaan produk atau nilai yang dapat diberikan untuk target konsumen.
Bauran Komunikasi atau bauran promosi terdiri dari lima alat pemasaran atau marketing tools yaitu advertising, direct marketing, sales promotion, public relations & publicity and personal selling.
Proses Komunikasi meliputi pengirim (sender) dan penerima (receiver), pesan (message) dan media yang merupakan alat komunikasi, serta 4 elemen lainnya yang merupakan fungsi komunikasi yaitu encoding (memberi kode), decoding (mengartikan kode), response dan feedback. Elemen terakhir yaitu noise.
Pengirim memberikan kode-kode melalui message dengan cara yang sama seperti bagaimana penerima mengartikan kode-kode yang terdapat dalam message. Pengirim harus menyampaikan pesan lewat media yang efektif yang dapat menjangkau si penerima, selain itu pesan harus dalam bentuk yang dikenali oleh penerima. Pengirim juga harus membuat umpan balik sehingga dapat diketahui respon dari penerima.
Pesan yang dikirim tidak selalu dapat diterima sesuai keinginan pemberi pesan karena adanya perhatian yang selektif, pengubahan yang selektif dan pengingatan kembali yang selektif pada penerima pesan. Pengirim harus berusaha menyampaikan pesan-pesan tersebut secara jelas dan efektif. Berikut ini merupakan tahapan yang dapat digunakan untuk membentuk suatu komunikasi yang efektif :
1. Mengidentifikasi Target Pendengar
Target audience ini akan berpengaruh terhadap keputusan yang diambil komunikator tentang apa , bagaimana, kapan, dimana dan kepada siapa harus bicara. Komunikator harus mengetahui karakteristik dari audiencenya dengan melakukan audience analysis yang dikenal dengan Image analysis yaitu menilai image audience saat ini mengenai perusahaan, produknya dan para pesaingnya. Ini penting karena sikap tindakan seseorang terhadap suatu objek tergantung dari keyakinannya (belief) akan objek tersebut. Image adalah kesatuan keyakinan, ide, kesan yang dipegang seseorang terhadap suatu objek.
2. Menentukan Tujuan Komunikasi
Respon akhir yang diinginkan dari target audience tentunya "membeli" dan "puas". Komunikator pemasaran perlu mengetahui bagaimana target audience bergerak dalam tahap-tahap menuju kesiapan untuk membeli. Terdapat 4 model mengenai tahap respon konsumen yaitu "AIDA Model", "Hierarchy of effects model", "Innovation adoption model", dan "Communication model". Namun yang paling sering digunakan yaitu "Hierarchy of effect model" (learn-feel-do):
a. Awareness
Komunikator membangun kesadaran konsumen akan keberadaan produk, mungkin dapat dengan pengenalan nama.
b. Knowledge
Komunikator memberikan pengetahuan akan produk kepada konsumen.
c. Liking
Komunikator pemasaran harus berusaha agar konsumen menyukai produk tersebut. Jika konsumen terlihat tidak menyukai produk tersebut, pemasar harus tahu mengapa dan berusaha memperbaiki dan mengkomunikasikannya lagi.
d. Preference
Konsumen mungkin menyukai produk itu tapi tidak lebih dari produk lain, sehingga pemasar harus membangkitkan preferensi konsumen akan produk yang ditawarkan. Pemasar akan mempromosikan kualitas produk, value, performance dan karakter lain.
e. Conviction
Konsumen mungkin sudah lebih menyukai produk yang ditawarkan tapi tidak membangun keyakinan untuk membelinya. Pemasar berusaha membangun keyakinan konsumen untuk melakukan tindakan yang terbaik, yaitu membeli.
f. Purchase
Konsumen mungkin memiliki keyakinan tetapi belum juga membeli produk itu. Mungkin mereka menunggu informasi tambahan atau masih merencanakan tindakan selanjutnya. Pemasar harus mendorong konsumen untuk melakukan langkah akhir dengan cara menawarkan produk dengan harga yang lebih rendah, atau menawarkan hadiah.
3. Merancang Pesan yang akan Disampaikan
Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam merancang pesan yaitu:
a. Isi Pesan
· Rational
Berisi tentang keunggulan produk dalam memberikan manfaat tertentu, misalnya pesan yang berisi demo tentang kualitas produk, kehematan, value atau performance.
· Emotional
Berusaha membangkitkan emosi negatif atau positif yang akan memberikan dorongan untuk membeli. Emosi negatif seperti rasa bersalah, takut, dan malu akan mendorong orang untuk melakukan sesuatu atau berhenti melakukan sesuatu, misalnya merokok dan minum-minuman keras. Emosi yang positif seperti rasa humor, sayang , bangga dan nyaman mendorong orang untuk membeli produk yang ditawarkan.
· Moral
Mengarahkan pikiran para konsumen tentang apa yang benar dan apa yang patut. Pemasar dapat memberikan dorongan-dorongan agar konsumen peduli dan mendukung terhadap maslah-masalah sosial, seperti kebersihan lingkungan, persamaan hak untuk wanita dan bantuan untuk yang kurang mampu. Pesan yang bertemakan tentang moral sangat jarang digunakan untuk produk kebutuhan sehari-hari.
b. Struktur Pesan (Bagaimana mengatakannya secara logis)
· Conclusion Drawing
Iklan yang terbaik adalah yang memberikan gambaran kesimpulan dengan memberi pertanyaan dan membiarkan penerima pesan membuat kesimpulannya masing-masing.
· One-or two-sided arguments
Mengenai apakah pemasar harus memberikan pujian-pujian akan keunggulan produk tersebut saja (one sided) atau juga menyebutkan beberapa hal yang tidak memuaskan (two sided).
· Order of presentation
Dalam hal penyajian, apakah argumen yang paling kuat akan diberikan di awal atau di akhir.
c. Bentuk Pesan (Bagaimana mengatakannya lewat simbol-simbol)
Dalam iklan (media cetak) harus diputuskan mengenai headline, ilustrasi, dan warna. Untuk pesan di radio, pemasar harus berhati-hati memilih kata-kata, kualitas suara dan vokal. Pesan yang disampaikan lewat produk yaitu melalui kemasan pemasar harus memperhatikan mengenai warna, tekstur, ukuran dan bentuk.
d. Sumber Pesan
Pesan yang disampaikan melalui sumber-sumber yang menarik untuk mendapatkan perhatian dan berkesan. Pembuat iklan dapat menggunakan selebriti, olahragawan, atau model. Pesan yang disampaikan melalui sumber pesan yang terpercaya akan lebih bersifat persuasif. Faktor-faktor yang mendasari kredibilitas sumber pesan adalah keahliannya (expertise), kepercayaan (trustworthiness) dan mempunyai sifat menyenangkan (likability).
4. Memilih Saluran Komunikasi
Saluran komunikasi terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Personal
Melibatkan 2 orang atau lebih yang saling berkomunikasi secara langsung. Komunikasi dapat dilakukan dengan tatap muka, berbicara di hadapan audience, lewat telepon atau lewat surat.
b. Non personal
Pesan disampaikan tanpa kontak personal atau interaksi perorangan tapi lewat media yang terdiri dari media cetak (koran, majalah), media penyiaran (radio, TV), media elektronik (audiotape, video) dan media display (billboards, sign, dan poster). Selain media pesan juga dapat disampaikan melalui suasana dan peristiwa. Suasana adalah lingkungan keadaan sekitar yang membentuk kecenderungan konsumen untuk membeli produk. Peristiwa adalah kejadian tertentu yang dirancang untuk menyampaikan pesan tertentu kepada target audience.
5. Membuat Anggaran Total untuk Promosi
Tahapan ini adalah tahapan yang paling sulit. Terdapat 4 metode yang bisa dipakai dalam menyusun anggaran promosi:
a. Affordable Method
Anggaran disusun berdasarkan kesanggupan perusahaan untuk mengeluarkan biayanya. Metode ini mengabaikan peran promosi sebagai investasi yang memiliki dampak meningkatkan volume penjualan dalam waktu dekat.
b. Percentage of Sales Method
Anggaran promosi disusun berdasarkan persentase tertentu terhadap penjualan (sekarang atau masa datang) atau terhadap harga jual. Terdapat 3 keuntungan dari metode ini yaitu:
· Pengeluaran promosi akan bervariasi sesuai dengan kesanggupan perusahaan.
· Manajemen dapat mengetahui hubungan antara biaya promosi, harga jual dan profit per unit.
· Dapat meningkatkan daya saing.
c. Competitive-Parity Method
Anggaran disusun berdasarkan keinginan perusahaan untuk tetap mempertahankan market sharenya karena pengeluaran yang berdasarkan persentase sales sama seperti yang dilakukan pesaing lain.
d. Objective and Task Method
Anggaran disusun berdasarkan tujuan tertentu yang ingin dicapai, menentukan tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan memperkirakan biaya untuk melakukan tugas-tugas tersebut. Jumlah dari biaya-biaya inilah yang akan dijadikan anggaran promosi.
6. Menetapkan Bauran Promosi
Total anggaran promosi yang telah disusun, kemudian dialokasikan untuk penggunaan alat promosi seperti iklan, promosi penjualan, direct marketing, public relation dan sales force. Dalam industri yang sama, tiap perusahaan dapat mempunyai alokasi anggaran yang berbeda. Perusahaan selalu mencari cara untuk mendapatkan efisiensi dengan menggantikan alat yang satu dengan yang lain karena lebih hemat dan efektif. Karakteristik dari tiap promotional tools antara lain:
a. Advertising:
· Presentasi untuk umum
· Diserap dengan baik karena dapat diulang beberapa kali
· Kesempatan yang lebih baik untuk memberikan 'arti' produk dengan mendramatisir cetakan, suara, warna.
· Impersonality, hanya monolog bukan dialog.
b. Sales Promotion:
· Menyampaikan informasi lewat komunikasi
· Memberikan insentif untuk konsumen
· Mengundang/mengajak konsumen untuk melakukan transaksi saat itu juga.
c. Direct Marketing:
· Melalui surat langsung, telemarketing, electronic marketing dll.
· Non publik, untuk orang tertentu
· Mengikuti kebiasaan konsumen
· Up to date
d. Public Relations & Publicity:
· Kepercayaan yang tinggi
· Off-guard, mencapai prospek yang lebih baik dari iklan dan salesman
· Dramatisasi
e. Personal selling:
· Paling efektif, terutama untuk membangun preferensi, memberi keyakinan dan tindakan Konfrontasi personal
· Menanamkan kesan yang dalam di hati konsumen
· Adanya respon langsung dari konsumen

Bauran promosi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Jenis produk yang dipasarkan
Perusahaan yang memasarkan consumer goods lebih banyak menggunakan iklan kemudian sales promotion, personal selling sdan public relation. Untuk industrial goods, lebih banyak menggunakan personal selling, kemudian sales promotion, iklan dan public relation.
b. Push Vs Pull Strategy
Push strategy meliputi kegiatan pemasaran terutama sales force dan promosi penjualan yang diarahkan pada saluran perantara (intermediari) untuk membujuk mereka agar mau memesan dan membawa produk untuk dipromosikan kepada end users.
Pull Strategy meliputi kegiatan pemasaran terutama iklan dan promosi untuk konsumen yang diarahkan pada end users untuk membujuk mereka agar meminta produk tersebut pada perantara sehingga perantara kemudian memesan produk tersebut ke perusahaan.
c. Buyer-readiness stage
Efektivitas dan biaya masing-masing promotional tools berbeda pada tiap-tiap tahapan proses pembelian. Iklan dan Publisitas adalah yang paling efektif pada tahap awal proses pembelian, sedangkan personal selling dan sales promotion adalah yang paling efektif untuk tahapan selanjutnya.
d. Product Life cycle Stage
Efektivitas dan biaya promotional tools juga berbeda pada tiap tahap siklus hidup produk. Dalam tahap Introduction, iklan dan publisitas akan efektif, kemudian diikuti dengan sales promotion utnuk membujuk orang agar mau mencoba dan personal selling untuk dapat mengcover distribusi yang luas. Dalam tahap Growth, semua tools dapat diredam karena tingkat permintaan cukup tinggi. Pada tahap Maturity sales promotion, advertising dan personal selling semuanya menjadi penting untuk dilakukan. Pada tahap Decline sales promotion harus terus dilaksanakan, iklan dan publisitas dikurangi dan salesman dapat memberi perhatian yang minimal untuk produk ini.
e. Company Market Rank
Merk-merk ranking teratas lebih banyak menggunakan iklan daripada sales promotion, sedangkan untuk merk-merk rangking dibawahnya ketika profitabilitas menurun, akan lebih banyak menggunakan salespromotion daripada iklan.
7. Mengukur Hasil Promosi
Kegiatan ini meliputi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada audience tentang pengenalan dan ingatan akan pesan yang disampaikan, berapa kali dilihat, apa yang diingat, bagaimana perasaannya tentang pesan tersebut, dan sikapnya terhadap produk tersebut dan perusahaan.
Selain itu komunikator pemasaran juga melakukan pengukuran tentang perilaku dan respon dari audience, seperti berapa orang yang membeli, yang menyukai dan yang memberi tahu kepada yang lain akan pesan tersebut.
8. Mengorganisasi dan Mengelola Komunikasi Pemasaran yang Terintegrasi
Komunikasi pemasaran yang terintegrasi (menyeluruh) akan menghasilkan pesan-pesan yang konsisten, penjadwalan yang tepat dan efektivitas biaya serta dampak yang lebih besar pada penjualan. IMC (Integrated Marketing Communication) akan mengembangkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan pelanggan yang tepat, dengan pesan yang tepat dalam waktu yang tepat dan pada tempat yang tepat.

F. Alat-alat Promosi dalam Komunikasi Pemasaran
Bauran Komunikasi Pemasaran (Promosi) terdiri atas lima alat komunikasi utama:
a. Periklanan
Semua bentuk penyajian dan promosi nonpersonal atas ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan sponsor tertentu. Karena banyaknya bentuk dan penggunaan periklanan, sangat sulit untuk membuat generalisasi yang merangkum semuanya. Namun, sifat-sifat berikut dapat diperhatikan:
· Presentasi umum: Periklanan yang bersifat umum itu memberikan semacam keabsahan pada produk dan menyarankan tawaran yang terstandardisasi. Karena banyak orang menerima pesan yang sama, pembeli mengetahui bahwa motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum.
· Tersebar luas: Periklanan adalah medium yang berdaya sebar luas yang memungkinkan penjual mengulang pesan berkali-kali. iklan juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan dari berbagai pesaing. Periklanan berskala besar oleh seorang penjual menyiratkan hal yang positif tentang ukuran., kekuatan, dan keberhasilan penjual.
· Ekspresi yang lebih kuat: Periklanan memberikan peluang untuk mendramatisasi perusahaan dan produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang penuh seni.
· Tidak bersifat pribadi: Audiens tidak merasa wajib untuk memperhatikan atau menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog, bukan dialog, dengan audiens.
b. Promosi Penjualan
Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Walaupun alat promosi penjualan-kupon, kontes, harga premi, dan sejenisnya sangat beragam, semuanya memberikan tiga manfaat yang berbeda:
· Komunikasi: Promosi penjualan menarik perhatian dan biasanya meinberikan informasi yang dapat mengarahkan konsumen ke produk bersangkutan.
· Insentif Promosi penjualan menggabungkan sejumlah kebebasan, dorongan, atau kontribusi yang memberi nilai bagi konsumen.
· Ajakan: Promosi penjualan merupakan ajakan untuk melakukan transaksi pembelian sekarang.
Perusahaan menggunakan alat-alat promosi penjualan itu untuk menciptakan tanggapan yang lebih kuat dan lebih cepat. Promosi penjualan dapat digunakan untuk mendapatkan akibat jangka pendek seperti mendramatisir tawaran produk dan mendorong penjualan yang lentur.
c. Hubungan Masyarakat dan Publisitas
Berbagai program untuk mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau masing-masing produknya. Daya tarik hubungan masyarakat dan publisitas didasarkan pada tiga sifat khusus:
· Kredibilitas yang tinggi, cerita dan gambar mengenai beritanya lebih otentik dan dipercaya oleh pembaca dibandingkan dengan iklan.
· Kemampuan menangkap pembeli yang tidak dibidik sebelumnya, hubungan masyarakat dapat menjangkau banyak calon pembeli yang cenderung menghindari wiraniaga dan iklan.
· Dramatisasi, hubungan masyarakat memiliki kemampuan untuk mendramatisasi suatu perusahaan atau produk.
Pemasar cenderung kurang menggunakan hubungan masyarakat tetapi program hubungan masyarakat yang direncanakan dengan baik dan dikoordinasikan dengar elemen bauran promosi yang lain dapat menjadi sangat efektif.
d. Penjualan personal
Penjualan personal adalah alat yang paling efektif-biaya pada tahap proses pembeliar lebih lanjut, terutama dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Penjualan personal, memiliki tiga ciri khusus:
· Konfrontasi personal: Penjualan personal mencakup hubungan yang hidup, langsung dan interaktif antara dua orang atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi dari pihak lain dengan lebih dekat.
· Mempererat: Penjualan personal memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungar mulai dari hubungan penjualan sampai hubungan persahabatan. Wiraniaga biasanya sudah benar-benar mengetahui_ minat pelanggan yang terbaik.
· Tanggapan: Penjualan personal membuat pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan pembicaraan wiraniaga.
e. Pemasaran Langsung
Meski terdapat berbagai bentuk pemasaran langsung-surat langsung, pemasaran jarak jauh, pemasaran elektronik, dan sebagainya-semuanya memiliki empat karakteristik berikut. Pemasaran langsung bersifat:
· Nonpublik: Pesan biasanya ditujukan kepada orang tertentu.
· Disesuaikan: Pesan dapat disiapkan untuk menarik orang yang dituju.
· Terbaru: Pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat.
· Interaktif: Pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan orang tersebut