Senin, 14 Desember 2009

HABITUASI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

A. PENDAHULUAN

Selama kita hidup di dunia setiap kali kita melakukan suatu pekerjaan atau ketika kita sedang menganggur tanpa disadari dan tanpa perintah dari otak, kita pasti selalu memperhatikan hal-hal yang ada disekitar kita. Tapi tidak jarang pula perhatian yang kita berikan berasal dari perintah otak atau pikiran kita. Hal tersebut terjadi karena adanya stimulus yang secara spontan mempengaruhi diri kita.

Jika dilihat dari sudut pandang ilmu Psikologi Kognitif perhatian atau yang biasa disebut dengan atensi merupakan cara-cara yang dapat digunakan secara aktif untuk memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses kognitif lainnya. Seperti yang telah dijelaskan dalam uraian tersebut bahwa sebenarnya tanpa kita sadari setiap hari bahkan setiap detik selalu ada banyak stimulus yang mengelilingi kita dan meminta perhatian dari kita.

Untuk dapat menimbulkan suatu tindakan maka kita harus memperhatikan salah satu stimulus yang ada disekitar kita. Setelah kita memperhatikan stimulus tersebut maka sama artinya kita telah memberi tanggapan atau respon terhadap stimulus tersebut. Respon dari stimulus tersebut berupa tindakan atau reaksi tertentu sesuai dengan stimulus yang kita beri respon.

Contohnya:

Ketika kita sedang berjalan-jalan disebuah taman bunga tentunya perhatian kita tertuju pada keindahan pemandangan alam sekitar dan pada bunga-bunga yang ada di taman itu. Kemudian tiba-tiba ada orang yang terpeleset dan terjatuh di danau yang berada di taman tersebut.

Suara orang yang tercebur ke danau tadi memutus perhatian kita pada keindahan taman bunga tersebut dan langsung mengalihkan perhatian kita ke orang yang tercebur tadi. Respon dari setiap orang yang melihat kejadian itu pasti akan berbeda-beda. Tergantung dari stimulus yang diperhatikan. Ada yang merespon mengenai “apakah orang itu bisa berenang sehingga dia tidak tenggelam”, “apa yang menyebabkan orang itu bisa terpeleset dan tercebur ke danau”, “bagaimana orang itu bisa sampai ke tepi danau tanpa rasa malu karena telah tercebur dan dia bisa tetap melanjutkan rekreasinya”, dan masih banyak lagi respon yang dihasilkan dari satu peristiwa.

Untuk bisa menimbulkan suatu respon berupa tindakan tidak harus berasal dari suatu peristiwa besar seperti contoh diatas. Namun dari hal-hal kecil dan yang paling mendasar di sekitar kita juga bisa menimbulkan suatu stimulus yang dapat menarik perhatian kita untuk menanggapi stimulus tersebut. Kejadian-kejadian kecil yang dimaksudkan misalnya warna bunga, acara televisi, bentuk yang aneh dari suatu benda, bagaimana cara mengikat tali sepatu, bagaimana cara menuju ke kampus, bentuk atau arah jalan menuju kampus, dan masih banyak hal lainnya yang dapat menarik perhatian kita.

Namun sayangnya walaupun banyak sekali stimulus yang dapat menarik perhatian, manusia memiliki keterbatasan dalam memberikan perhatian pada setiap stimulus yang ada. Manusia hanya bisa memproses sebagian kecil informasi yang didapat. Informasi tersebut tidak hanya berasal dari luar diri manusia namun juga berasal dari dalam diri manusia.

Kadang kala apabila kita sudah terlalu sering memberi perhatian pada suatu hal atau kegiatan maka lama-lama kita akan menjadi terbiasa dengan hal tersebut. apabila kita sudah terbiasa maka kita tidak memerlukan banyak energi untuk melakukan lagi kegiatan tersebut berulang-ulang kali. Kegiatan yang sudah terbiasa kita lakukan atau sudah kita kenal dengan baik lama-lama kegiatan tersebut akan secara otomatis berlangsung. Tidak perlu lagi membutuhkan pikiran untuk mengambil keputusan dan bagaimana cara untuk melakukan kegiatan itu. Sehingga energi yang tidak diperlukan lagi tersebut dapat kita alihkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan lain yang belum bisa berjalan secara otomatis atau bahkan untuk kegiatan yang masih bersifat baru untuk dapat kita pelajari.

Contohnya:

Ketika kita pertama kali belajar naik sepeda. Pada awalnya kita belajar setahap demi setahap. Dari naik pedal sepeda dengan satu kaki untuk belajar keseimbangan. Setelah keseimbangan badan sudah dapat dijaga baru kita belajar mengayuh sepeda. Kemudian mengenai bagaimana menyesuaikan diri untuk berbelok ke kanan atau ke kiri, dan seterusnya sampai kita mampu mengendarainya. Setelah mahir kita tidak perlu lagi memikirkan tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk naik sepeda. Sebab kegiatan naik sepeda sudah menjadi otomatis untuk dilakukan sampai sekarang. Tenaga yang dipakai pun tidak sebanyak ketika pertama kali belajar naik sepeda.

Banyak sekali proses yang terjadi ketika kita memberikan atensi terhadap suatu hal. Namun masyarakat awam atau orang biasa hanya memandang atensi sebagai suatu tindakan sederhana. Mereka memandang bahwa atensi hanya memiliki satu aspek dan satu proses yang terjadi. Namun jika kita tengok lebih dalam lagi dengan menggunakan kajian ilmu Psikologi Kognitif atensi atau perhatian memiliki beberapa sub bagian atau beberapa proses yang mendukung terjadinya atensi tersebut. Dimana proses-proses tersebut sebenarnya saling bergantung dan saling melengkapi satu sama lain. Proses-proses tersebut diantaranya :

1. Pemrosesan Ambang-Sadar

Informasi bagi pemrosesan kognitif yang letaknya di luar kesadaran alam-sadar bertempat di wilayah yang disebut ambang-sadar. Informasi tersebut mencakup memori yang tersimpan namun hanya digunakan ketika kita membutuhkan informasi tersebut.

2. Proses Terkontrol versus Otomatis

Proses terkontrol yaitu proses yang bisa diakses oleh kendali kesadaran bahkan mensyaratkan kontrol kesadaran itu sendiri. Namun mayoritas proses yang terjadi adalah tindakan yang dilakukan secara terkontrol lama-lama akan menjadi tindakan yang dilakukan secara otomatis. Proses otomatis merupakan proses yang tidak melibatkan kontrol kesadaran sedikit pun. Jika ingin dibandingkan maka proses otomatis ini hampir mirip dengan skema gerak refleks. Untuk melakukannya kita tidak memerlukan suatu keputusan atau lama-lama berpikir.

3. Habituasi dan Adaptasi.

Habituasi adalah suatu kondisi yang terjadi dimana kita sudah terbiasa dengan suatu stimulus sehingga lama-lama kita makin kurang memberikan perhatian pada stimulus tersebut. Proses yang terjadi di dalamnya berlangsung setahap demi setahap, sedangkan adaptasi merupakan suatu proses penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar kita. Proses adaptasi sendiri biasanya terjadi secara otomatis ketika kita menghadapai situasi atau lingkungan yang baru.

Dari masing-masing proses yang telah dijelaskan diatas akan dapat menimbulkan jenis reaksi yang berbeda-beda tergantung dari penyebab dan proses yang terjadi. Atensi atau perhatian dalam ilmu Psikologi Kognitif tidak hanya sebatas pada apa yang telah diuraikan dalam penjelasan di muka tadi. Dalam proses atensi atau perhatian terdapat juga beberapa teori dari tokoh-tokoh terkenal yang tidak kami sampaikan dalam penjelasan pendahuluan tersebut.

Dari berbagai proses yang ada, terdapat satu proses sederhana yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari namun tidak terlalu kita sadari. Proses tersebut adalah habituasi. Berikut ini akan dibahas mengenai apa itu habituasi dan bagaimana cara kita dapat mengenalinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. HABITUASI

Seperti yang telah dijelaskan pada uraian diatas bahwa habituasi adalah suatu kondisi dimana kita sudah terbiasa terhadap suatu stimulus sehingga secara bertahap kita menjadi kurang memberikan perhatian pada stimulus tersebut. Faktor yang berperan dalam menentukan habituasi adalah stabilitas dan keakraban terhadap stimulus yang ada. Namun jika dari stimulus tersebut muncul atau terjadi suatu perbedaan maka perhatian kita akan terfokus kembali terhadap stimulus tersebut walaupun tidak terjadi 100%.

Proses terjadinya suatu perubahan di dalam stimulus yang dikenal kemudian mendorong kita kembali untuk memberikan perhatian terhadap stimulus itu lagi disebut dengan dishabiutuasi. Sebenarnya proses habituasi dan dishabituasi merupakan proses yang terjadi secara otomatis. Walaupun habutuasi terjadi secara otomatis dan memerlukan kontrol dari alam-sadar, namun kita masih bisa mengontrol terjadinya habituasi. Kontrol tersebut tidak berlangsung di dalam otak melainkan pada alat indera kita. Proses seperti ini dikenal dengan adaptasi indera.

Adaptasi indera merupakan proses berkurangnya atensi terhadap sebuah stimulus tetapi bukan karena keinginan otak atau kontrol alam-sadar, namun terjadi secara langsung di dalam indera.

Dua faktor yang mempengaruhi habituasi adalah stimulus internal dan pembangkit subjektif yang bervariasi. Dari kedua faktor tersebut yang paling dominan adalah variasi internal.

Dengan mengukur pembangkit atau biasa disebut dengan arousal yang terdiri dari tingkat kesenangan fisiologis, responsivitas dan kesiapan bagi tindakan, berkaitan dengan garis dasar bertahan hidup, kita dapat mengamati terjadinya habituasi di tingkat fisiologis. Arousal biasanya diukur melalui detak jantung, tekanan darah, pola-pola EEG dan tanda-tanda fisiologis lainnya. Pola-pola fisiologis tersebut sekarang ini telah banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Detak jantung misalnya, orang menganggap apabila detak jantung seseorang bertambah cepat dalam hitungan detik maka ada kemungkinan orang tersebut takut, merasa gusar, marah, dan lain sebagainya. Biasanya apabila detak jantung kita cepat maka akan diikuti naiknya tekanan darah. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Maka dari itu apabila detak jantung kita bertambah cepat maka darah yang dipompa akan semakin banyak. Oleh karena itu tidak jarang bagi mereka yang suka marah ada kemungkinan untuk dapat terserang penyakit darah tinggi.

Terapi-terapi yang bertujuan untuk ketenangan atau pergi ke daerah-daerah yang masih banyak lingkungan hijau sangat dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi agar gejala yang terjadi dapat diminimalisir. Pemandangan hijau selain dapat digunakan untuk mencari ketenangan juga baik bagi tingkat ketahanan stress pada anak-anak.

Seorang psikologi lingkungan dari Cornell University bernama Nancy Wells menemukan manfaat lain dari kebun. Menurutnya lingkungan yang hijau di sekitar rumah merupakan faktor signifikan dalam melindungi kesejahteraan psikologis anak-anak di wilayah perkotaan.

Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa situasi penuh tekanan yang terjadi dalam hidup, tampak tidak banyak menimbulkan ketegangan psikologis pada anak yang tinggal di lingkungan hijau dibandingkan anak yang tinggal di lingkungan tidak hijau. Anak-anak yang bisa menikmati lingkungan asri tersebut terlihat lebih siap menghadapi stress, ketimbang anak yang memiliki kamar tanpa pemandangan hijau.

Wells dan rekannya Gary Evans melakukan penelitian mengenai kadar alamiah disekitar rumah 337 anak kelas tiga sampai lima, dengan melihat jumlah tanaman di dalam rumah mereka, pemandangan hijau yang terlihat dari jendela kamar, dan apa materi pembentuk halaman rumah mereka misalnya terbuat dari rumput, tanah, atau beton. Pengukuran dilakukan menggunakan sebuah alat “skala kadar alamiah lingkungan perumahan.” Wells dan Evan menggunakan tes baku untuk mengukur kadar stress dalam kehidupan anak, laporan orang tua tentang tingkah laku stress anak, dan penilaian diri anak terhadap kesejahteraan psikologisnya.

Anak-anak yang dikelilingi oleh alam memiliki rentang perhatian yang lebih lama. Kemampuan untuk lebih fokus tersebut membuat anak lebih bisa berpikir dengan jernih, sehingga mereka lebih siap untuk menghadapi stress.

Di dalam dunia kedoteran sendiri EEG sudah sering digunakan. EEG sangat membantu bagi para pasien yang koma di rumah sakit. EEG dapat membantu membaca dan menyediakan laporan-laporan verbal atas respon yang terjadi.

Habituasi sendiri berfungsi sangat penting untuk sistem atensi kita, sebab dengan habituasi kita mampu menyingkirkan stimulus-stimulus yang sudah kita kenal dalam banyak stimulus yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kita dapat mengetahui bagaimana habituasi itu telah atau sedang terjadi dalam kegiatan kita dengan memastikan apakah kita sudah bosan atau jenuh dengan hal yang sedang kita kerjakan. Bosan adalah kata kunci apakah habituasi sedang terjadi atau tidak. Misalnya adalah ketika kita sendang membaca buku, jika lama-lama kita tidak ingat atau tidak mengerti terhadap isi dari paragraph yang baru saja dibaca maka habituasi sedang terjadi.

Namun dengan melakukan beberapa tindakan berikut ini maka kita akan dapat mendishabituasi diri, tindakan tersebut diantaranya:

1. Ambil jeda atau alternatif diantara tugas yang berbeda kalau bisa. Jika anda tidak ingat beberapa paragraph terakhir teks maka berhenti sebentar selama beberapa menit. Tandai teks terakhir yang masih diingat dan letakkan buku itu. Jika apa yang telah dilakukan untuk memahami bacaan merupakan sesuatu yang tidak berharga maka lakukanlah pekerjaan lain untuk sesaat.

2. Buat catatan sembari membaca buku atau mendengarkan kuliah. Membuat catatan dapat memfokuskan atensi kepada materi yang dipelajari dari pada hanya membaca atau mendengarkan. Ubah catatan dari tulisan tangan menjadi print out agar lebih menarik.

3. Sesuaikan fokus atensi anda kepada beragam stimulus.

Jika dari semua tindakan ini masih gagal untuk dilakukan maka kita harus memaksakan diri untuk menjadi tertarik terhadap stimulus yang ada. Mengambil nafas dalam sesekali atau menutup mata selama beberapa detik dapat mengubah tingkatan minat internal kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar