1.2 BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI
Setiap perilaku atau aktivitas seorang manusia, dapat dijelaskan dari berbagai dimensi pendekatan. Sebagai misalnya, kegiatan seseorang yang ketika menyebrang jalan. Aktivitas ini dapat dijelaskan sebagai aktivitas fisik yang dipicu oleh saraf yang merangsang otot kaki sehingga orang tersebut berjalan untuk menyebrang. Aksi ini juga dapat dijelaskan tanpa melibatkan aktivitas fisik, dimana aktivitas ini berjalan dimulai ketika ia menerima rangsangan lampu hijau yang menandakan dia boleh menyebrang.
Begitu pula dengan cara menjelaskan psikologi, dapat dibahas dari berbagai pendekatan yang berbeda. Pada kesempatan ini akan diuraikan lima pendekatan berdasrkan Konsep Psikologi Modern. Kelima pendekatan ini tidak mutually exlusive; namun kelimanya fokus pada aspek tertentu yang berbeda sebagai reaksi terhadap suatu masalah yang dihadapinya.Pada studi psikologi, tidak ada pendekatan yang benar atau salah. Kelima pendekatan psikologi tersebut adalah :
a). PENDEKATAN BIOLOGISARAF
Otak manusia yang terdiri dari + 12 milyard sel saraf dengan jumlah interkoneksi yang tidak terhitung, mungkin merupakan struktur paling rumit yang ada di dunia ini. Pada prinsipnya, setiap kejadian yang dilakukan / dialami seseorang, merupakan penjabaran aktivitas otak beserta sistem sarafnya. Dengan demikian, kita dapat memahami aspek perilaku seseorang, berdasarkan pemahaman tentang proses kerja antara otak dengan sistem sarafnya. Sebagai contoh, proses belajar dapat dijelaskan dari perspektif biologisaraf sebagai proses perubahan pengetahuan yang disimpan pada suatu sistem baru hasil pembelajaran. Begitu pula, persepsi dapat dipelajari sebagai aktivitas pencatatan pada sel saraf otak ketika mata menangkap dan memproyeksikan suatu informasi ke otak.
Penemuan baru sangat meyakinkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara aktivitas-aktivitas otak dengan perilaku dan pengalaman. Reaksi emosional, misalnya rasa cemas, dapat ditimbulkan pada seekor bintang dengan memberikan suatu rangsangan elektris pada area spesifik disekitar otak bagian dalam. Rangsangan elektris dapat menimbulkan sensasi tentang hal-hal yang menyenangkan atau sebaliknya menyedihkan, walaupun pada dasarnya kita memiliki memori yang baik di masa lalu.
Perkembangan pendekatan ini mengalami hambatan karena keterbatasan kita untuk memahami otak manusia yang sangat kompleks. Untuk itu, pendekatan lain jauh lebih cepat berkembang.
b). PENDEKATAN PERILAKU
Seseorang yang makan pagi, naik sepeda, tertawa, bicara, menangis, merupakan bentuk-bentuk perilaku manusia sehari-hari, dimana proses kejadiannya (aktivitasnya) dapat diobservasi. Pendekatan perilaku ini mulai dikembangkan oleh psikolog Amerika – John B. Watson awal 1990-an. Sebelumnya, psikologi didefinisikan sebagai studi mental, dimana data-datanya diperoleh sebagai hasil observasi sendiri (self observation) yang direkam dalam form introspeksi.
Introspeksi merupakan catatan individual melalui observasi dan pencatatan yang teliti tentang persepsi dan perasaan seseorang pada suatu periode tertentu. Introspeksi merupakan suatu pendekatan yang hanya dapat menghasilkan gambaran secara individual/bersifat privat, tidak dapat digeneralisir.
Watson menyatakan bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang sia-sia. Ia harus bisa diobservasi dan dapat diukur. Hanya anda yang dapat mengintrospeksi persepsi dan perasaan anda, namun orang lain hanya dapat mengobservasi perilaku anda. Watson mengatakan bahwa hanya dengan pendekatan observasi, kita dapat mengenal perilaku seseorang sebagai ilmu psikologi yang objektif.
Perkembangan lain dari pendekatan perilaku, adalah Stimulus-Response (SR) Psikologi, yang dikembangkan oleh BF Skinner (Psikolog Harvard), yang lebih konsentrasi pada apa yang menjadi input (rangsangan) dan apa outputnya (respon), sehingga sering disebut pendekatan black-box (tidak memperhatikan bagaimana proses di dalam organisasinya). Dari pendekatan ini, sebagai contoh, berkembang pendekatan reward and punishment – yang dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran bagi manusia dengan cepat serta meminimasi kesalahan.
c). PENDEKATAN KOGNITIF
Ahli Psikologi Kognitif berargumentasi bahwa manusia bukan merupakan respetor suatu rangsangan yang pasif namun setiap rangsangan akan diproses secara aktif, dimana infomasi akan diterima (melalui penglihatan, pendengaran atau ingatan) dan ditransformasikan dalam bentuk dan katagori baru di dalam otak, untuk kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan aktivitas (berbicara, membaca, atau belajar).
Kognitif merupakan proses mental dari persepsi, memori dan proses pengolahan informasi, sehingga seseorang dapat memiliki pengetahuan baru, memecahkan masalah, atau menyusun rencana untuk masa depan. Psikologi kognitif merupakan studi saintifik tentang kognisi – tujuannya untuk mengembangkan teori yang dapat menjelaskan bagaimana berorganisasi dan berfungsinya proses mental – proses menerima, memilih, menggunakan stimulus (informasi) untuk digunakan sebagai dasar bertindak, membuat keputusan atau membuat rencana (dekat dengan pendekatan SR Psikologi dan berbeda dari pendekatan Biologi saraf). ”Mental model of reality” merupakan cikal-bakal Psikologi Kognitif.
Kenneth Craik, seorang psikologi Inggris dan sebagai seorang pionir psikologi kognitif, menyatakan bahwa otak manusia seperti komputer yang memiliki kemampuan untuk modeling atau bekerja paralel. Pendekatan Psikolog Kognitif analog dengan kerja komputer (sistem pengolah informasi) – dimana infomasi yang masuk diproses dengan berbagai cara: dipilih, diambil, dan dibandingkan dengan informasi lain yang dimiliki dalam memori, ditansformasi, disusun, dan sebaainya. Respon hasil tergantung pada proses internal dan kondisi sesaat.
d). PENDEKATAN PSIKOANALITIK
Konsep psikoanalitik tentang perilaku manusia dikembangkan oleh Sigmund Freud dari Eropa, bersamaan dengan lahirnya pendekatan perilaku dari AS. Aliran ini berkembang berdasarkan suatu konsep bahwa perilaku manusia pada dasarnya merupakan suatu unjuk laku yang muncul akibat proses di bawah sadar. Dengan proses di bawah sadar tersebut, berarti cara berpikir, rasa takut atau keinginan seseorang akan muncul secara tidak sadar, dan berpengaruh pada perilaku. Freud percaya bahwa impulse-impulse bawah sadar seseorang terbentuk karena dorongan atau sebaliknya akan mati karena perlakuan-perlakuan yang diterima seseorang dari lingkungannya (keluarga atau masyarakat sekitarnya) sejak masa kecil. Impulse-impulse tersebut biasanya muncul pada saat mimpi, kesalahan-kesalahan saat bicara, atau gejala-gejala sakit mental.
Teori Freud ini menunjukkan bahwa pada dasarnya manusia itu bukan mahkluk rasional. Freud menilai kehidupan manusia dari sisi negatif – manusia memiliki instink dasar sama dengan hewan (perilaku manusia berdasrkan pada kebutuhan dasar sex dan bersifat agresif) dan selalu bertentangan dengan nilai-nilai kehidupan sosial (sebagai pengendali instink dasar manusia). Mengingat manusia itu memiliki instink dasar seperti hewan, maka Freud merasa pesimis bahwa manusia akan mampu hidup bersama secara damai.
e). PENDEKATAN PHENOMENOLOGI
Pendekatan phenomenologi fokus pada pengalaman subjektif – dimulai dengan pemahaman seseorang tentang dunia, kemudian secara personal ia melakukan suatu aktiftas berdasarkan interpretasi tentang kejadian-kejadian yang ia lihat. Aktifitas seseorang merupakan hasil interpretasi atas pemahaman tentang suatu kejadian atau fenomena yang diinterasiksikan dengan pengalaman yang ia miliki (walaupun tanpa teori).
Konsep Psikologi phenomenologikal dimulai dengan mempelajari karakter alami manusia dalam menginterpretasikan dirinya dan dunianya, yang dapat dipelajari melalui observasi setiap aktifitasnya. Dua orang manusia akan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap suatu perlakuan/situasi yang sama; dengan bertanya bagaimana interpretasi masing-masing terhadap situasi yang mereka hadapi, kita akan memahami perilakunya.
Pendekatan phenomenologikal cenderung menolak konsep bahwa perilaku seseorang dikendalikan oleh bawah sadar (teori Psikoanalitik), atau merupakan reaksi terhadap faktor-faktor luar (teori perlilaku). Mereka percaya bahwa perilaku seseorang bukan merupakan reaksi atas kekuatan-kekuatan luar yang terkendali, namun merupakan suatu aktualisasi diri sebagai seorang aktor yang mampu melawan takdir. Konsep ini berawal dari keyakinan bahwa setiap manusia mampu membangun jalan hidupnya masing-masing, karena kita memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan tujuan hidup, sehingga kita dapat menyusun rencana untuk memilih jalan hidupnya. Ini merupakan isu antara free will versus determinism. Idea phenomenologikal ini sejalan dengan pemikiran-pemikiran Kiergegaard, Sartre dan Camus.
Teori phenomenologi juga sering disebut humanistik, karena pendekatan ini membedakan secara tegas antara manusia dengan binatang – khususnya sehubungan dengan konsep kebebasan untuk menemukan aktualisasi diri. Sehubungan dengan teori humanistik ini, dikembangkan teori-teori motivasi untuk menumbuhkan dan membangun aktualisasi diri seseorang. Semua dari kita pada dasarnya menuntut kebutuhan dasar untuk mengembangkan potensi (kompetensi) untuk berkarya menghasilkan sesuatu melebihi apa yang secara normal dapat kita perkirakan.
f). APLIKASI DARI PENDEKATAN-PENDEKATAN TERSEBUT
Setiap aspek psikologi, pada dasarnya dapat dibahas dari berbagai dimensi pendekatan di atas. Sebagai contoh, dalam studi tentang agresi, psikologi fisiologikal akan tertarik dengan mempelajari mekanisme otak yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Untuk itu, banyak eksperimen untuk memahami agresi seekor binatang dengan memberikan stimulasi elektrikal atau kimia pada area tertentu dari otaknya. Psikologi perilaku, akan tertarik untuk mempelajari jenis-jenis pengalaman belajar seseorang, sehingga kita dapat memahami mengapa ia lebih agresif dibandingkan dengan lainnya ketika memperoleh suatu perlakuan. Lebih jauh, kita dapat meneliti faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku seseorang. Psikologi kognitif lebih fokus untuk memahami bagaimana seseorang memiliki kesan atas suatu kejadian di dalam pikirannya dan bagaimana representasi mentalnya dapat dimodifikasi karena adanya informasi baru. Psikologi humanistik akan fokus untuk memahami aspek-aspek situasi kehidupan individual dalam menyalurkan sifat agresifitasnya menjadi progres untuk menumbuhkan aktualisasi diri.
Setiap pendekatan akan memberikan solusi yang berbeda dalam merubah perilaku seseorang. Sebagai contoh, psikolog fisiologi akan menganjurkan obat atau operasi untuk mengendalikan agresifitas seseorang. Pendekatan perilaku akan menganjurkan untuk memodifikasi kondisi lingkungan kerja untuk mendorong terbentuknya pengalaman belajar baru, misalnya dengan memberikan penghargaan pada perilaku nonaagesif. Psikolog kognitif akan menganjurkan pendekatan seperti pendekatan perilaku, walaupun ia akan lebih fokus pada proses mental aindividual dan proses pengolahan keputusan seseorang khususnya pada situasi yang kompleks (emosional). Psikoanalis akan konsentrasi untuk memahami latar belakang suburnya bawah sadar seseorang yang mendorong rasa kebencian untuk kemudian mencoba menemukan saluran perilakunya yang dapat diterima masyarakat. Sedangkan psikolog humanistik akan berusaha menolong manusia untuk dapat menampilkan perasaannya (feelings) serta membantu agar dia dapat memperbaiki kemampuan interpersonal. Garis besar tujuan aliran psikolog humanistik adalah melakukan rekayasa aspek-aspek sosial untuk mendorong semangat kompetisi dan agresi seseorang dibandingkan semangat kooperasinya.
sumber :SITI NURHIDAYAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI D2 PGTK
Senin, 14 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar